Kamis, 28 Agustus 2014

Hubungan Potensi Ekonomi Kelautan & Sejarah Kebesaran Indonesia

Budaya berbisnis di daerah pesisir pantai dalam rentang sejarah kehidupan masyarakat Indonesia merupakan cikal bakal terciptanya pola pemikiran heterogen dan maju. Akses informasi-informasi kalangan pendatang yang berdagang atau berbisnis di tempat itu, tak jarang mampu membentuk wawasan dan sumber-sumber pengetahuan baru yang menjadi sumber rujukan dalam menata pandangan kehidupan mereka untuk lebih progresif.

Berkaca pada sejarah awal proses perdagangan atau proses bisnis di kepulauan Indonesia. Kerajaan-kerajaan besar yang pernah menorehkan kegemilangan, menempatkan pusat kerajaannya tak jauh dari daerah pesisir pantai. Memang cukup beralasan, melihat di wilayah pesisir pantai adalah sumber utama akses kehidupan manusia bertemu dengan berbagai macam varian pemikiran yang berbeda, sehingga sangat pantas bila raja-raja tersebut mampu mengakomodir dan menancapkan pengaruh kekuasaannya, dengan tujuan agar otoritas kekuasaan raja mampu memegang dan mengendalikan.  

Taroh saja misalnya Kerajaan Majapahit, mustahil kebesaran namanya bisa menyebar ke seantreo Asia tenggara dan dunia, bila letak kerajaan di pedalaman, jauh dari pesisir pantai. Bandingannya berbeda dengan kerajaan Pajang dan Mataram Islam yang letak pusat kerajaan di pedalaman pulau Jawa, jauh dari gemuruh kehidupan laut pantai Utara Jawa. Pemindahan pusat kerajaan ini ternyata menimbulkan kemunduran drastis, dimana penjagaan keamanan wilayah laut mudah dimasuki asing dan proses perdagangan pun mengarah pada praktek kotor monopoli dagang dan penguasaan atas wilayah tertentu. 

Akibatnya perbedaan letak pusat kerajaan ini mempengaruhi luas wilayah kekuasaan dan kemakmuran masyarakat. Sehingga, sebagaimana pernah disinggung Pramudya Ananta Toer dalam novel sejarahnya berjudul Arus Balik, yang setting konstruksi cerita kesejarahannya di masa kekuasaan Pati Unus, raja kedua kerajaan Demak itu, implisitas ceritanya – dari sudut pandang saya pribadi – menegaskan bahwa kerajaan yang pusat kerajaanya di pesisir pantai secara kebesaran dan kemakmuran rakyat akan lebih dibanding dengan kerajaan yang pusat kerajaanya didirikan di daerah pedalaman. Dominasi ‘wilayah pesisir pantai utaralah’ yang mampu memegang akses luas bagi perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia tempo dulu. Karena alasan kondisi gelombang air laut pantai utara aman untuk dilewati kapal, dibanding pantai selatan.

Misi Bisnis Pelayar

Tujuan pelayar-pelayar asing pada dasarnya menyimpan misi-misi tertentu, selain memang misi utama mereka berdagang atau melakukan transaksi bisnis di kepulauan kita. Sehingga, kalo kita pernah mendengar istilah ‘Gold’ (emas), istilah ini untuk menegaskan akan sebuah misi ekonomi. 

Diperkuat kebijakan longgar raja-raja di kepulauan kita dalam transaksi bisnis perdagangan, hal ini merupakan peluang pelayar-pelayar asing berdatangan. Disamping kebebasan yang diberikan raja untuk melakukan transaksi bisnis, tanpa perlu mencampuri otoritas kekuasaan dan kebijakan raja. Karena aturan mainnya, sejauh mana kalangan pendatang tersebut mampu memberikan keuntungan bisnis melalui proses jual-beli transaksional dimana naungan otoritas keamanan dan kebijakan ekonomi di bawah kekuasaan kerajaan.

Rekam jejak wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan, tentunya potensi bisnis dan interaksi bisnis dengan bangsa-bangsa lainnya menempatkan Indonesia pada ruang bidik utama tujuan pelayaran dagang. Catatan perjalanan sejarah-sejarah masa lampau dari pelayar-pelayar China, India, Arab, Portugis, Inggris, Belanda selalu menempatkan bangsa indonesia menjadi tujuan yang harus disambahi. Letaknya ada pada sisi kekayaan sumber alamnya, terkenal dengan rempah-rempah dan peluang permintaan akan produk barang yang tinggi.

Ditelusuri lebih jauh di masa Atlantis, sebagaimana pernah tulis Santos melalui masterpieces karya bukunya berjudul, The Lost Continent Finally Found, dengan penelitian dan data akuratnya, Indonesia lah adalah Atlantis itu sendiri. Penelitian Santos awalnya berangkat dari informasi Plato, walaupun di satu sisi kemasan informasi sang Filosof Yunani ini berbentuk bahasa puitik yang makna objektifnya sering disamarkan dan disembunyikan; penuh multi-tafsir. Tapi keyakinan Santos: “belahan bumi yang kaya akan emas, kemakmuran penghuninya yang hancur lulah-lantah akibat letusan gunung api yang menyebabkan banjir bandang besar (tsunami) adalah Indonesia”.

Pembuktian-pembuktian historis ini adalah data yang seharusnya menjadi tolak ukur untuk secara efektif pemerintah saat ini prioritaskan. Tapi dalam arti potensi sumber ekonomi lainnya tetap perlu diperhatikan, walaupun rekam jejak aktivitas pertanian telah dikembangkan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia yang lebih mengedapankan pada wilayah pertanian. Inspirasi jejak peninggalan sejarah ini lalu dilanjutkan oleh pemerintahan Suharto dengan berbagai macam program swasembada pangannya, sedangkan wilayah potensi kelautan kita ‘selalu’ dianaktirikan. Baru di masa Gus Dur lah, potensi kelautan kita mulai diperhatikan dan diupayakan secara maksimal. Gebrakan yang patut kita apresiasi dari Gus Dur adalah membentuk Kementrian Kelautan. Di titik ini, warisan Gus Dur merupakan spirit untuk lebih menjadikan bangsa ini bangsa yang besar dan makmur berlandaskan potensi utama Sumber alam lautnya, layaknya kebesaran Majapahit.

Sayangnya, program pemberdayaan dan pengembangan sumber-sumber kelautan kita saat ini masih minim. Karena wilayah kelautan telah lama ditinggalkan oleh setiap generasi kerajaan dan pemerintahan Indonesia pasca runtuhnya kerajaan Majapahit, Demak dan Kolonialisme Belanda, ditambah hegemoni pebisnis-pebisnis asing dan kapitalis-kapitalis bangsa kita sendiri merupakan penyebab agenda-agenda Kementrian Kelautan bertepuk sebelah tangan. Sehingga sepatutnya pemerintah – bila mengatas namakan rakyat – agenda program pengembangan dan pemanfaatkan sumber-sumber ekonomi kelautan baik itu berupa produk lautnya dan pelayanan jasa potensi kelautan segera diprioritaskan, demi mendukung pembambangunan dan kemakmuran bangsa. Asalkan prinsip ketegasan dan keberanian pemerintah saja merupakan alat ampuh dan efektif potensi laut dapat menjadi sumber pemasukan kas bangsa ini. Semoga...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar