Minggu, 25 Mei 2014

Prinsip Bisnis Adhi Tirtawisata: Klien Adalah Raja


…The Client Is The King, and The King Can Do No Wrong. Kalimat dalam bahasa Inggris penuh sarat makna ini, adalah prinsip bisnis yang dipegang teguh oleh Adhi Tirtawisata, the Big Bos of Panorama Leisure Group. Dan prinsip ini pun banyak menginspirasi pebisnis di bidang lainnya di Indonesia untuk menerapkannya dalam manajemen perusahaan yang mereka kelola. 

Tak ayal kerajaan bisnis yang Adhi Tirtawisata bangun kini telah menunai hasil optimal. Yang terus berekspansi ke sektor Tourism, Transportasi, Hotel, Investasi dan Properti di bawah bendera Panorama Leisure Group.

Sepak terjang bisnis Adhi Tirtawisata berawal dari bisnis perjalanan wisata atau travel agent yang merupakan bagian dari sektor bisnis jasa yang lebih mengedepankan personal image dalam rangka membentuk company image di hati klien. Alur dasarnya memiliki keterkaitan kuat dengan wilayah pendukung lainnya, yakni bisnis hotel atau penginapan, karena bisnis perjalanan wisata tidak lepas dari yang namanya hotel atau penginapan. Dukungan klien pun tak bisa lepas dari transportasi yang merupakan bagian vital layanan berwisata. Keterkaitan antara satu sektor wliayah bisnis dengan lainnya adalah dalam rangka menerapkan prinsip yang telah ia pegang teguh. 

Alasan inilah yang melandasi bisnis Adhi Tirtawisata menggurita, merambah sektor wilayah lain yang hakekatnya masih memiliki hubungan dan keterkaitan saling menguntungkan dan memberikan manfaat antara satu sektor bisnis dengan yang lainnya. 

Buah kinerja keras Adi Titrawisata ini tidak dibangun dalam waktu singkat. Perlu komitmen dalam menjalankan roda bisnisnya, yaitu komitmen dalam menjalankan sebuah prinsip bisnis bahwa klien adalah raja, yang harus dilayani sebaik mungkin, tanpa ada cacat dan kesalahan. Pelayan dalam struktur kerjaan harus rela mengabdi dan berbakti melayani rajanya, membuat raja senang dan nyaman. Karena, simbol raja adalah kekuasaan dan kekuatan baik dari segi apapun: uang, kekayaan, pengaruh, dan lainnya. Hubungan hirarkis antara raja dan pelayanan menciptakan sebuah paduan logis yang berkembang dalam bisnis baik itu jasa maupun non jasa. Karena, relasi dengan klien yang baik adalah langkah mendatangkan klien‑klien baru yang menguntungkan. 

Faktanya, bila klien atau konsumen merasa nyaman dan puas dengan hasil pelayanan bisnis yang kita berikan, brand image bisnis kita akan memreflesikkan citra positif. Klien atau konsumen tidak hanya akan kembali menggunakan jasa atau produk bisnis kita saja, tapi dengan ikhlas mereka akan mereferensikan bisnis yang kita jalankan kepada keluarganya atau teman‑temannya. Sebaliknya, jika kilen atau konsumen tidak puas dengan servis yang kita berikan, jaminan mereka akan tidak kembali lagi, dan lebih celakanya bila mereka menguaknya kepada orang lain. 



Kamis, 22 Mei 2014

Fokus Pada Kualitas


Setelah membaca berita Sindo News.Com, Kamis (15/5/2014), yang mengulas pidato CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) dalam dalam acara HUT Full Gospel Business Men Fellowship International (FGBMFI), Garment Group Regional West IV ke-11, bertema Entrepreneur Revolution. Sang CEO mengemukakan bahwa:
 “Penentu sukses adalah focus on quality dengan upaya optimal,  dan efek eksternalnya memancarkan berkat bagi lainnya."  
Kategorisasinya meliputi:
·      Hubungan vertikal dengan Tuhan
·      Quality from inside
·      Proses dan hasil kerja yang berkualitas

Hubungan vertikal
Tanoe menafsirkan bahwa hubungan manusia dengan Tuhan bisa akan terkait satu sama lainnya dengan cara taat kepada firman Tuhan.

Firman Tuhan!?

Firman adalah salah satu sifat Tuhan; mustahil Tuhan tidak berfirman. Dalam ajaran agama-agama samawi firman Tuhan ini Qodim (kekal) dan merupakan sumber legitimasi ekstistensi Tuhan. Firman Tuhan ini adalah source of rule and law bagi yang meyakininya. Pelaksanaan akan keyakinan pada firman-Nya adalah bukti ketaatan dan ketergantungan manusia pada Tuhan yang Maha, yang manusia sepenuhnya sadar akan kelemahan dan keterbatasannya. Implementasi ketaatan pada firman Tuhan menciptakan paradigma esensial bahwa setiap hal sebagaimana ungkap Tanoe:...”pilihan tepat dan benar hakikatnya bukan dari diri kita, tapi dari tuhan.”

Quality from inside
Selanjutnya point ini penegaskan ungkapan Tanoe bahwa menciptakan kualitas harus dimulai dari dalam diri seseorang, dengan terus menerapkan introspeksi diri melalui upaya perbaikan dan peningkatan diri atas kelebihan dan kekurangannya. Karena manusia tidak akan pernah lepas dari salah dan lupa. Inilah Indikasi ketidaksempurnaannya manusia.

Hakikatnya pidato Tanoe tersebut sejalan dengan adagium kalangan ulama Islam, “Al-Insanu Mahalul Khothoi Wa Nisyan...” (manusia adalah tempatnya salah dan lupa). Kesadaran ini adalah bangunan konstruktif untuk lebih membentuk manusia yang sadar akan keberadaanya, dan akan bertindak untuk lebih berhati-hati penuh perhitungan. Namun,  bila kesalahan menghapiri, segera melakukan proses kontemplatif introspeksi kekurangannya dengan upaya perbaikan maksimal.

Batasan kekurangan manusia ini merupakan penyadaran diri, selain sisi kelebihannya. Melihat diri dalam satu sisi kelebihan saja, menyebabkan manusia akan lupa akan kekurangannya. Sehingga, kelebihan yang dimiliki menyadarkan manusia untuk membangunnya, yang asas manfaatnya bisa dinikmati oleh dirinya maupun orang lain.  Bahkan, kelebihan dalam diri manusia harus terus ditingkatkan, minimal dipertahankan, bukan malah dicampakkan.

Proses dan hasil kerja yang berkualitas
Dititik ini kombinasi sinergis menghasilkan kualitas eksternal peran manusia dalam proses yang sedang diperankannya. Bila kita adalah seorang pebisnis, pastinya setiap proses bisnis tidak akan pernah lepas dari ukuran kualitas, karena proses yang berkualitas akan memberikan out put yang berkualitas juga.
Maka, ungkap Tanoe:...”manusia harus membiasakan diri memberikan kualitas dalam setiap apa yang dikerjakannya, agar hikmat Tuhan bekerja dalam diri kita.”

***
Hubungan vertikal dengan Tuhan yang soleh, kualitas diri yang kredibel dan proses dan hasil kerja yang berkualitas adalah ukuran maksimal yang harus kita tanamkan dan lakukan. Agar, proses bisnis dalam perusahaan kita memberikan hasil yang maksimal yang bisa bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan sosialnya.

***
Pidato Tanoe yang diulas berita Sindo News.Com ini adalah inspirasi saya untuk melakukan pensarahan, yang inti inspirasinya dari pidato Tanoe, sedangkan saya sendiri tinggal memberikan penafsiran berlandaskan pemikiran dan keyakinan saya pribadi.



Rabu, 21 Mei 2014

Belajar Mengelola Perusahaan Dari Sebuah Team Sepak Bola


Menyaksikan pertandingan sepak bola tiga hari lalu antara Barcelona versus Atletiko Madrid jantung penonton dibuat bedegup kencang, terutama suporter pendukung masing-masing. Pasalnya, ke dua team sama-sama berpeluang memuncaki klasmen dan meraih piala liga Spanyol. 

Saling serang mencetak goal dipertontonkan oleh keduanya. Akhirnya, Score draw 1-1, hasil selama 90 menit menyudahi pertandingan tersebut, yang menyebabkan ke duanya harus rela berbagi angka. Namun, hasil seri itu adalah angin segar bagi Atletiko Madrid mantab dipuncak table klasmen dan berhak atas piala liga Spanyol.

Selain suguhan pertandingan sepak bola berkelas yang ke dua team pertontonkan, hakikatnya permainan sepak bola adalah simbol nyata yang bisa menjadi acuan dan sumber dalam mengelola dan menjalankan roda bisnis.

Meskipun, persepakbolaan modern dan profesional saat ini, semua hal tidak lepas dari sisi bisnis. Mulai dari transfer pemain yang bukan main gila harganya, keuntungan dari hak penyiaran, branding kostum team yang bisa dijual, hingga pemain sepak bolanya bak selebritis yang sering menjdi icon model iklan. 

Namun, bila dikaji lebih dalam, sepak bola merupakan acuan real bagi kalangan pebisnis untuk menjalankan perusahaannya, dan saya rasa patut untuk menjadi rujuan yang bisa diterapkan dalam dunia bisnis

***

Sepak bola adalah team, antara satu pemain dengan pemain lainnya saling bekerja sama menampilkan kekompakan, strategi permainan, dan tujuan utama mencetak goal sebanyak-banyaknya demi meraih kemenangan, yang dimanage oleh seorang pelatih yang memiliki peran membentuk dan menciptakan atmosfir teamwork dan format permainan masing-masing pemain dalam satu ritme tertentu. 

Sama halnya dalam berbisnis, melalui kendaraan perusahaan struktur organisasi bisnis harus dibentuk dengan tujuan agar ritme dan alur bisnis berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak diraih. Dan tujuan utama dalam berbisnis adalah meraih untung yang sebesar-besarnya, dan meminimalisir kerugian. Begitupun dalam sepak bola, bagaimana meraih kemenangan. Karena, untung dalam bisnis dan kemenangan dalam sepak bola adalah harga mati yang sulit ditawar lagi, semakin banyak untung perusahaan semakin berjaya, sama halnya semakin team sepak bola banyak meraih kemenangan prestasi dan kejayaan pun akan diraih.

Bisnis = keuntungan

Permainan sepak bola = kemenangan

Keuntungan = kemenangan

Satu kesatuan yang memiliki tujuan sama. Tujuan yang saling memberikan keuntungan.

Sepak bola tanpa ada sebuah kekompakan sebelas pemainnya, mustahil kemenangan-kemenangan bisa diraih. Dan mengelola perusahaan bisnis pun, sama mutahilnya bila kru-kru sebagai katalisator penggerak perusahaan tidak kompak bisa meraih keuntungan.

Patrick Lencioni dalam bukunya berjudul The Five Dysfunctions Of A Team, menegaskan akan pentingnya memelihara team work, dan ia pun sadar membentuk team yang solid memang sulit, tapi bukan berarti rumit. Sepintar apapun kru perusahaan; semegah apapun fasilitas perusahaan dan sesempurna apapun konsepnya, tanpa team work kru yang kompak dan solid, jangan harap bisnis yang dijalankan institusi organisasi perusahaan bisa mencapai target dan tujuan. 

Lanjut Patrick, bahwa sumber utama kurang solidanya team work terletak pada lima hal, yaitu ketidak adanya kepercayaan, takut terlibat dalam konflik, tidak adanya komitmen, menghindari tanggung jawab, dan tidak ada perduli pada hasil adalah momok yang sering menghinggapi kru. 

Apalah artinya perusahaan dan sepak bola tanpa team, bila masing-masing divisi struktur kerja perusahaan dan pemain sepakbola tidak kompak, tidak satu alur; seiya dan sekata. Ego masing-masing lebih ditonjolkan, lebih menganggap saya lah paling berjasa, saya lah paling berperan. Komitmen ideal terabaikan hingga mencerabut arah tujuan. Yang terjadi hanya keengganan saling asah dan asuh dan saling kerja sama mencapai hasil maksimal yang ditargetkan. Target hanya tinggal target tanpa upaya konkrit melaksanakan tanggung jawab yang dititahkan. Rasa memiliki dan tanggung jawab akan sebuah hasil yang diraih team perusahaan dan sepak bola bukan urusan yang harus diurusi. Lebih mengamankan diri demi meraih satu tujuan personal saja. Arti kekompakan dari sebuah team luntur. 

Oleh sebab itu, kejelian pemimpin perusahaanlah memimpin dan manage mereka, begitupun kejelian seorang pelatih sepak bolalah yang berperan di sini. Sehingga, sering kita saksikan liga-liga besar di Eropa, bila team sepak bola sering kalah dan minim prestasi, jaminan pelatih diganti alias dipecat.

Tentunya team kru perusahaan atau pemain sepak team adalah orang yang terbaik. Masing-masing memiliki skill dan kemampuan, sehingga mereka ditempatkan dalam posisinya sesuai kapasitas dominan yang dikuasai dan dimiliki. Kapasitas profesional ini harus mereka kerahkan demi meraih tujuan bersama, bukan individu. Yang satu sama lainnya saling berkaitan.

Barulah memasuki strategi kreatif dan inovatif managemen perusahaan, agar barang dan jasanya bisa dinikmati konsumen, bisa menjadi brand dipasaran. Tahu kapan waktunya bertahan dan menyerang ala strategi sepak bola. Yang aturan strategi pemasaran: produk barang dan jasa laku, keuntungan masuk ke kas perusahaan. Keuntungan makin meningkat, kesejahteraan perusahaan dan kru atau pekerja dapat dinikmati bersama. 

Teringat, ungkapan salah seorang CEO perusahaan berkata: “kalian bekerja bukan untuk diriku dan perusahaanku, tapi untukmu. Perusahaan ini adalah ikhtiar kalian, yang besar kecilnya kelak kalian juga yang merasakannya. Karena, aku sama sekali tidak menganggap kalian adalah pekerjaku, tapi kalian adalah sohabat terbaik yang aku miliki, sehingga maju dan mundurnya perusahaan menjadi tanggung jawab bersama…”

     



Minggu, 18 Mei 2014

Pergaulan Bisnis


Sementara ini, kita sering mendengar tetua masyarakat dilingkungan tempat tinggal menasehati dengan ungkapan: “bergaul dengan orang yang baik, pastinya engkau akan ikut baik, sebaliknya bergaul dengan orang buruk engkaupun akan ketularan juga.” Ungkapan ini ada kalanya di masa kita kecil hanya nasehat belaka, tanpa pernah bisa kita serap dan buktikan dalam praktek kehidupan. Namun, seiring berjalannya waktu, semakin bertambahnya usia dan pergaulan hidup. Ungkapan tetua kita memang benar adanya. Sehingga, dalam pergaulan sosial hidup, pemilahan dan pemilihan pertemanan adalah suatu keharusan. Bukan berarti kita harus membenci dan menjauhi teman-teman yang berprilaku buruk secara sepihak, tapi intensitas bergaul dengan mereka harus kita batasi. Istilah mudahnya boleh bergaul dengan mereka dalam batas kewajaran saja, tidak mengarah pada wilayah ‘sisi dalam’ interaksi pergaulan. Lain halnya, ketika bergaul dengan orang baik, malah suatu keharusan kita bergaul dengan mereka hingga batas sisi terdalam. Sehingga, istilah sohabat yang selama ini digembar-gemborkan oleh kalangan yang merujuk pada pertemanan sejati dalam kesejatinya menuju aturan hak dan kebaikan akan mempengaruhi cara berfikir dan bertingkah laku kita.

Inilah untung rugi dalam bergaul. Untung ketika lingkungan teman bergaul kita baik. Rugi ketika teman bergaul kita buruk. Dan pengaruh pergaulan teman ini sebagaimana saya rasakan sangat penting sekali, dan tentunya anda yang sedang membaca tulisan sederhana ini pastinya sefaham dengan saya. Walaupun ada juga yang menolak hal tersebut. Alasannya, tidak sepenuhnya teman yang buruk berkonotasi buruk, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Ok, namun dalam logika penjabaran saya adalah: 

Buruk = Negatif (-)
Baik   = Positif (+)

Ketika muatan negatif dan positif bercampur dalam satu lingkungan pergaulan. Sebaliknya, muatan dan daya positif tidak sebanding dengan muatan dan daya negatif, pastinya terjadi dua kemungkinan: terlempar dari komunitasnya karena tidak bisa mengimbangi kekuatannya, atau terkungkung dalam kerumunan yang mau tak mau harus pengikutinya. Yang muatan dasar dan daya yang ia bawa dan tanamkan dari pikiran dan hatinya harus mau menetralkan; dampaknya terombang-ambing,  atau melepasnya; bertekuk lutut, kalah dalam medan yang sangat kuat dan dahsyat? 

Maka sangat wajar, orang yang berfikiran dan berhati baik akan bergumul dengan sesamanya. Begitupun orang yang berfikiran dan berhati buruk akan bergumul dengan sesamanya juga!

***

Konteks pergaulan ini pernah disinggung oleh sebagian agamawan di langgar-langgar (mushola) kampung saya dengan menyetir sabda Nabi Muhammad Saw, bahwa “bergaul dengan tukang minyak, pastinya akan ketularan wanginya…” artinya, bahasa ini adalah kiasan bahwa sisi pergaulan hidup, tengantung komunitas orang-orangnya, ketika manyoritas orang-orangnya baik, walaupun kita jauh dari harapan baik, karena seluruh komunitas kita memancarkan kebaikan, daya dan pengaruh kebaikan mereka akan menyebar dan memberikan implisitas pengaruh baik bagi kita sendiri maupun orang lain.  

***

Cerminan di atas tak ubahnya dalam berbisnis. Ketika kita ingin menjadi pebisnis yang handal, bukan yang gagal. Pergaulan dengan pebisnis yang sudah teruji dan berpengalaman adalah suatu keharusan. Yang dalam prakteknya, kita bisa saja bergaul menjalin pertemanan yang bila mereka berkenan: sharing dalam bentuk obrolan tentang serba-serbi bisnis yang mereka geluti. Lalu, dengarkan dan pelajari setiap kata yang keluar dari mulut mereka. Mintalah masukan dan pendapat tentang ide-ide brilian bisnis yang kita miliki. Karena kata-kata mereka bisa mempengaruhi cara berfikir dan bertindak dalam menjalankan suatu bisnis tertentu.

Atau karena konteks pergaulan ini melibatkan lingkungan. Maka, cara terampuh adalah masuk dalam suatu zona bisnis real, tanpa perlu melihat sisi keuntungan dan besarnya pemasukan finansial pribadi. Tegasnya, menjadi seorang pekerja terlebih dahulu, sambil kita mempelajari sistem dan aturan main berbisnis.

Namun, bila kita punya link baik itu dalam bentuk komunitas atau link pertemanan personal, malah hal itu sangat menguntungkan bagi kita dalam membentuk jiwa sebagai seorang pebisnis.

***

Intinya, bila ingin menjadi pebisnis yang handal dan sukses, bergaul dengan komunitas dan orang-orang yang memiliki visi dan misi sama sangat dianjurkan…

Kamis, 15 Mei 2014

Arti Pentingnya Sebuah Konsep


Setelah hujan mengguyur daerah Kramat Jati, Jakarta Timur. Pukul 20.00 WIB, di tengah dinginnya malam di sebuah kantor asri yang bergerak dalam bidang EO, kami melakukan percakapan bisnis yang menginspirasi. Bersama sang Direktur perusahaan EO tersebut, saya asyik menyimak ulasan motivasi bisnis yang ia paparkan. Dengan gayanya yang meletup-letup dan sesekali diselingi sendau gurau, perbincangan malam itu serasa  tidak menjemukan. 

Segudang pengalaman dan pergaulannya yang luas di kalangan pebisnis, hal ini merupakan kredit point tersendiri sosoknya adalah magnet yang memberikan daya tarik kuat bagi saya untuk tidak segera beranjak dari tempat duduk. 

Ada satu yang perlu saya kisahkan, dan pastinya ungkapannya memotivasi saya untuk berfikiran luas dan fleksibel dalam menjalani sebuah bisnis. 

***

“Point utama...” Ucapnya.

Karena berkonsentrasi menikmati kepulan teh kesukaannya. Selang beberapa detik ia lanjutkan ucapan yang saya tunggu-tunggu.

Lanjutnya: “Bawasannya dalam setiap aktivitas apapun, termasuk bisnis. Yang membedakan antara satu pebisnis dengan lainnya adalah “ilmu”. Ilmulah puncak manusia bisa mencapai dan meraih cita-cita. Sebagaimana yang ditegaskan dalam ajaran Islam, Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat...”

Seketika kupotong pembicaraanya dengan sebuah respon posistif, “Yes, tepat...”

“Dengan ilmu, paradigma berfikir dan berbuat akan lain, karena seorang yang berilmu melihat semuanya dari berbagai sisi. Masing-masing sisi itu akan ia faham sudut negatif dan positifnya. Bahkan, setiap kendala dan hambatan apapun akan mudah ia temukan solusi.” Ucapannya ini seketika membuat saya diam, dan sesekali suara berseliweran sepedah motor hilir mudik terdengar jelas memecah pikiran. 

“Ya, ilmu. Bukan hanya ilmu dalam batas teori semata yang miskin praktek nyata?” Ucapku memberi penegasan pertanyaan kepadanya.

“Kombinasi cara memahami sebuah ilmu awalnya berangkat dari teori yang berupa informasi-informasi berupa tata-cara yang telah ditemukan oleh seseorang atau beberapa orang hingga disetujuinya konvensi kesepakatan teori keilmuan, dan dengan melibatkan praktek nyata langsung melalui pengalaman. Sehingga, totalitas keseluruhan mengalami dan merasakan. Disitulah manusia hakikatnya memahami akan yang namanya ilmu.”

***

Pembicaraan empat mata kami ini berhenti sejenak, setelah teman saya datang, seketika saya perkenalkan ia padanya.

Kemudian, pembicaraan kamipun berlanjut. Saya dan teman saya terus saja menyimak ungkapan-ungkapan inspiratifnya: “Ketika modal keilmuan tersebut digunakan dalam menjalankan roda bisnis. Cara pandangnya adalah cara pandang mencipta; membuat suatu bisnis dengan daya kreatif dan inovatif. Tanpa tersekat oleh oleh modal finansial.”

Mendengar ungkapannya ini, saya dan teman saya saling bertatapan pandang, mencoba memahami maksud ucapannya. 

“Ok, pastinya kalian kebingungan, bukan?” Tanyanya.

“Betul...” Jawab kami berdua hampir bersamaan.

“Dengan modal ilmu, tentunya memiliki konsep bisnis. Setiap sodoran konsep bisnis yang terbaik yang seorang pebisnis hasilkan, pastinya akan menarik terutama mereka yang memiliki modal finansial, walaupun hakekat konsep itu sendiri tidak bisa dinilai dengan suatu apapun. Maka, pantas bila konsep yang kreatif, inovatif dan berprospek bagi kelangsungan bisnis adalah lahan yang menjadi rebutan kalangan pemilik modal.”

“Gimana, sobat?” Tanyanya.

“Ada titik terang...” Jawabku penuh senyum puas. 

“Ok, saya lanjutkan...” Ucapnya.

Seperti ini: “Kendala yang sementara ini dihadapi dan dialami mereka yang memiliki finansial berlimpah adalah bagaimana menyalurkan uang yang mereka miliki dalam bentuk bisnis yang prosfek yang konsepnya memiliki muatan progress bagi perputaraan hartanya. Sehingga, mereka sebenarnya rindu pada sosok orang yang memiliki kriteria seperti yang telah saya katakan tadi. Dan seharusnya paradigma money dulu dalam bergerak menjalankan suatu konsep bisnis, segera dirubah dan dibuang jauh-jauh. Mari sama-sama konsep bisnis yang telah kita sepakati dan bicarakan kita jalankan bersama hingga meraih hasil yang kita inginkan. Namun, bukan berarti modal finansial pendukung suatu bisnis kita nafikan, bukan, tapi paradigma yang telah saya sebutkan, harus segera dirubah.”

***

Kami sodorkan kepadanya hasil konsep Event yang telah saya buat bersama temanku itu, dan dengan penuh keyakinan mempresentasikan di depannya.
Thank you for his company in Creafin Productions



Senin, 12 Mei 2014

Bermimpi Seradikal Mungkin!


Setiap orang punya impian, yakni impian yang memotivasi diri dan memacu etos kerja. Dan memang kita harus berani bermimpi. Karena, impian adalah proses awal menjadikan kita lebih progresif. Padahal, tak jarang impian itu unrealistik; unlogic. Sehingga, senyum sinis sebagian orang terkadang menghina apa yang kita impikan. Malahan, cibiran dan terikan gila bersahut-sahut memekikkan pendengaran. Inilah akibat radikalisme impian itu. Namun, bila mampu merealisasikannya, senyum bangga penuh tepukan pundak menghampiri kita. 

Hasil akibat impian ini, dapat kita saksikan dan rasakan saat ini. Lihatlah pesawat terbang yang mengangkasa meliuk-liuk bak burung. Inilah salah satu bukti dahsyatnya sebuah impian. Berangkat dari impian terbang layaknya burung. Trial and error sang pemimpi tanpa pantang menyerah berusaha menemukan cara terbaik merealisasikannya, hingga akhirnya kita bisa mengangkasa layaknya burung, walaupun tidak secara langsung kita terbang, masih menggunakan perantara alat berupa design yang dibentuk sedemikian rupa untuk membuat kita bisa mengangkasa, terbang layaknya sang burung. Namun, inilah penemuan revolusioner dalam rentang kehidupan kita. Hingga tidak berhenti dititik ini saja, keinginan mengangkasa lepas landas menembus bumi menyambahi planet-planet lainnya bukan hal mustahil lagi. kita setahap demi setahap mampu merealisasikan ke tidak logisan impian itu. 

Ya, impian yang radikal: hanya milik orang-orang yang berjiwa radikal dan berani tanpa perduli cibiran gila dari orang lain. Asalkan bisa dibuktikan dengan fakta nyata. Ucapan itu akan berhenti dengan ketakjuban. 

Bermimpi adalah harapan dan capain yang ingin kita raih dan tuju; target yang terus kita edus untuk meraihnya; tujuan yang ingin segera kita realisasikan dan rasakan, sehingga tidak mengawang-awang dalam dunia mimpi. 

Bermimpi adalah harapan dan doa kepada Yang Esa, yang diimplementasikan dalam bukti gerak manusia. Daya gerak potensial manusia untuk segera digerakkan secara aktif. Sehingga, bukti konkritnya bisa dirasakan oleh semua manusia.

Dunia Bisnis

Seorang pebisnis harus berani bermimpi seradikal mungkin. Keberanian ini harus dimulai ketika pertama kita membangun sebuah kerajaan bisnis. Mimpi-mimpi itu harus dibangun dalam bentuk aktivitas bisnis dengan wadah yang namanya perusahaan. Perusahaan harus memiliki visi dan misi, tujuan, strategi menggerakkan bisnis, planning, evaluasi, accounting, manejemen yang jelas, struktur organisasi perusahaan, konsep-konsep yang matang terangkum dalam company profile perusahaan. Bukti ini adalah keseriusan kita merealisasikan mimpi dan presentasi kita dihadapan Tuhan. 

Di level berikutnya, mimpi berbisnis yang tadinya hanya berupa daya  potensi kini telah menginjak ke gerak aktif; setelah bisnis ini memberikan hasil atau keuntungan bisnis, barulah mimpi itu menjadi konkrit; nyata; teraktualisasi. Akhirnya manusia-manusia mandiri muncul memenuhi bumi, tanpa lagi membebani dan gagah berdiri menuju kesejahteraan individu dan sosial.

Bukan Perkara Gampang

Merealisasikan mimpi sebuah bisnis di rumah perusahaan kita bukan hal yang mudah. Benturan-benturan, halangan-halangan, kegagalan-kegagalan berbinis pasti akan menyergap dari setiap sisi manapun. Namun, kita harus sanggup dan mampu menjadikan hal itu semua menjadi bahan evaluasi konstruktif. Ketika badai ini menerpa, kekuatan mental dan daya juang adalah modal yang seyogyanya kita persiapkan. Bukan menjadikan kita mundur dan menyerah melambaikan bendera putih, berkata: “aku gagal merealisasikan mimpiku...” duduk menyendiri di sudut kamar tanpa riuh orang-orang yang tersenyum bangga. 

Halangan dan benturan berbisnis adalah sebuah proses. Proses yang membutuhkan waktu. Proses yang membutuhkan kesabaran, hingga bisnis yang kita jalankan matang dan tangguh, tiada lagi yang mampu menggoyahkannya. Bukan bisnis abal-abal yang dibangun satu hari, dua hari saja...




Sabtu, 10 Mei 2014

Kebutuhan Manusia & Fase Sejarah Alat Tukar Perdagangan

Siklus manusia selama masih berpijak di bumi yang berputar ini akan terus bergulat antara dua hal esensial; antara menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan kebutuhan hidup. Inti dasar kelangsungan hidup adalah bagaimana segala kebutuhan yang menyebabkan kehidupan baik itu elemen jasmani dan rohani manusia terpenuhi dengan baik, tanpa ada ketimpangan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga, jasmani manusia berupa organ-organ penting tersebut perlu asupan nutrisi makanan, agar kinerja organ-organ jasmani itu bisa berfungsi dengan baik.

Barulah setelah kebutuhan penjaga kelangsungan hidup telah terpenuhi, tabiat manusia menginjak ke fase selanjutnya yaitu bagaimana mempertahankan dan meningkatkan kebutuhan hidupnya. Di fase-fase inilah istilah kepuasan dan ketidakpuasan dalam kaitannya dengan nafsu manusia memainkan perannya. Tergantung manusianya saja. Mau mencapainya dengan capaian negatif atau positif?

Manusia pun tidak bisa meninggalkan elemen ruhani sebagai katalisator tubuh fisik (jasmani). Ruhani inilah yang menggerakkan jasmani  bergerak mobile; melakukan interaksi dan komunikasi hidup baik itu dengan Tuhan, manusia dan makhluk lainnya. Ibarat sebuah ‘mobil’, ruhani tak ubahnya entitas bensin yang memacu daya ‘mesin’ menggerakkan mobil.

***

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, mencari di alam, berburu dan bercocok tanam, dll adalah upaya konkrit manusia pemenuhan kebutuhan tersebut. Kondisi alam sekitar manusia hidup dan tinggal bervariasi, sehingga menyebabkan perbedaan hasil sumber makanan yang dimakan manusia. Wilayah beriklim tropis, padi adalah sumber komoditi makanan utama, karena secara alamiah padi hanya bisa tumbuh di iklim tropis, lain halnya dengan gandum secara alamiah hanya cocok tumbuh di iklim yang subtropis.

Kondisi alam, termasuk diantaranya: iklim, kondisi tanah, kondisi geografis, dan lainnya bervariasi satu wilayah dengan wilayah lainnya, sedangkan kebutuhan makan manusia yang terus mendesak, tanpa pernah bisa dihentikan sejenak dan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak pernah puas, yang faktanya di wilayah masing-masing hasil sumber makan berbeda, mendorong manusia melakukan ‘barter’, ya, inilah fase sejarah awal konteks sistem perdagangan terukir dalam sistem barter.

Jalinan interaksi manusia semakin luas dan kebutuhan manusia akan makan dan tempat tinggal kadang tidak bisa memenuhi kebutuhan manusia di suatu tempat, melibatkan jarak dan waktu yang ditempuh. Sistem barter kurang begitu efektif. Akhirnya, penggunakan sistem perdagangan dengan ‘alat tukar’ tertentu yang bernilai dan memiliki nilai magic serta memiliki harga spesial adalah solusi yang menghapus penggunaan sistem barter. Selanjutnya, sistem ini pun perlahan tergerus oleh sistem yang digunakan orang Romawi dengan menggunakan ‘garam’, karena garam adalah komoditi penting manusia. Mulailah digunakan garam sebagai alat tukar. Namun, sistem ini masih menimbulkan segudang permasalahan; diantaranya garam kurang memiliki daya tahan ampuh, mudah rusak dan alasannya belum adanya sistem pecahan yang untuk memudahkan dalam pengangkutan dan penyimpanan. Munculah uang logam: ‘emas dan perak’ mulai digunakan sebagai sistem perdagangan. Namun, tetap saja penggunaan uang logam menimbulkan masalah, karena bahan uang logam yang jarang dan sulit diperoleh, berlanjut digunakannya ‘uang kertas’. Yang hingga saat ini penggunaan uang kertas dengan nilai nominal tertentu digunakan oleh kebanyakan manusia. Dan fenomena penggunaan uang dalam aktifitas perdagangan berlanjut pada pengenalan ‘bitcoin’, mata uang yang digunakan oleh mereka yang menjadikan dunia maya sebagai aktifitas bisnis. Walaupun belum begitu populer penggunaan bitcoin ini, tapi revolusi kehidupan manusia akan kebutuhan hidupnya terus berlanjut dan menimbulkan inovasi-inovasi baru dengan sistem alat yang berubah untuk memudahkan manusia saling memperoleh kebutuhan hidupnya. 
***

Upaya manusia memenuhi kebutuhan hidupnya antara satu wilayah dengan wilayah lainnya membentuk jalinan interaksi perdagangan atau bisnis yang dimana penggunaan alat tukar/mata uang untuk memberikan kemudahan dan batasan nilai dari suatu komoditi perdagangan akan terus berlanjut, hingga mungkin suatu waktu nantinya. Uang konvensional saat ini tidak jamak lagi digunakan...


Kamis, 08 Mei 2014

Sepak Terjang Netty Monalita Membangun Kursus Menjahit


Daerah Rawamangun, Jakarta Timur, tepatnya di Pasar Sunan Giri,  aneka pemandangan toko-toko menjual kebutuhan bahan-bahan untuk menjahit terlihat mudah kita temukan. Mamang di pasar inilah tempat rujukan kalangan penjahit membeli bahan-bahan jahitan. Namun, yang menjadi sentral daya tariknya adalah sebuah kursusan jahit yang sudah terkenal dan menelorkan banyak murid. Ya, di tempat inilah terdapat lembaga kursus jahit Monalita, yakni lembaga kursus yang didirikan oleh Hj. Netty Monalita.

Sosok Hj. Netty memang unik untuk dituliskan, karena selain sebagai seorang penjahit dengan hasil jahitan yang ‘the best’, ia adalah seorang guru jahit, yang saya bisa menyebutnya sukses. Karena dari hasil didikan dilembaga kursus yang ia dirikan, skill menjahit terutama kalangan wanita di Indonesia bisa menjadi sumber lain penompang hidup kehidupan rumah tangga, selain dari suami. Sehingga, wanita-wanita itu tidak perlu lagi menengadahkan tangan pada suami, menjadi seorang wanita mandiri dan kuat dalam meraih  rupiah, yang ia alokasikan demi pendidikan sang anak dan kebutuhan hidup sehari-hari. Fakta ini saya peroleh dari bibi, saudara ibunya teman saya. Saya memanggilnya bibi, karena keluarga teman saya itu sudah seperti saudara saya sendiri. Dari bibi ini saya sekilas memperoleh informasi kursusan jahit Monalita, karena menurut pengakuannya, ia pernah belajar menjahit di kursusan Monalita. Sehingga, bekal ilmu kursus menjahit itu, ia praktekan membuka bisnis melayani jahitan.  Dan hasilnya lumayan, setidaknya bisa membantu suami menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang perguruan tinggi.

***

Wanita pemilik lembaga kursus Monalita ini lahir di Pekanbaru pada tanggal 4 Maret 1956 dengan nama lengkap Netty Monalita, dengan suami bernama H. Aldric, suami yang selama ini terus mendukung dan ikut membesarkan lembaga kurusan Monalita. 

Awal Netty terjun ke bisnis kursusan menjahit bukan cita-cita yang ia idamkan. Baginya, skill menjahit yang ia miliki merupakan modal membangun bisnis jasa jahitan yang selama ini telah ia pelajari dan latih dari semenjak kecil. 

Bakat dan keinginan menjahitnya sudah terlihat di usia 3 tahun, dengan kebiasaaanya menggunting kain-kain yang ada di rumah, yaitu taplak, gorden dan seprei. Menginjak kelas 5 SD, Netty sudah mampu membuat pakaian untuk adiknya dengan mesin jahit, yang pola model jahitannya ia peroleh dari pakaian sang adik yang terlebih dahulu ia preteli benang-benang yang mengikat pakaian tersebut. Ia jiplak model pakaian sang adik tersebut untuk membuat pakaian baru hasil jahitan tangannya. Setelah lulus SD, ia makin suka membuat baju khusus untuk dirinya pribadi. Kemudian, asupan skill menjahitnya pun meningkat seiring tekadnya belajar menjahit dengan bergabung di berbagai lembaga kursus. 

Baru di usia 18 tahun, Netty mulai menerima orderan jasa menjahit. Ny. Nur Laela adalah konsumen pertamanya yang tinggal di depan rumahnya. Ternyata, Ny. Nur Laela makin keranjingan menjahitkan pakaiannya di tempat Netty. Lambat laun dari mulut ke mulut kualitas hasil jahitan Netty tersebar hingga memberikan pelanggan-pelanggan tertentu. Semakin bertambahnya pelanggan yang berdatangan,  akhirnya di usia 20 tahun ia memantabkan diri menseriusi bisnis menjahit. 

Tapi, takdir berbicara lain melalui keinginan Nur yang merupakan pelanggan pertamanya. Kepada Netty ia ungkapkan keinginan belajar menjahitnya. Namun, keinginan untuk belajar kepada Netty harus bertepuk sebelah tangan, memperoleh jawaban penolakan. Nur pun tidak lantas menyerah. Dengan desakan terus-menerus, akhirnya keinginan belajar menjahit ke Netty memperoleh lampu hijau dengan syarat Nur harus rutin belajar. 

Di tempat kontakan rumah petak di dalam gang, Netty menggembleng Nur belajar menjahit yang dilangsungkan selama tiga kali seminggu dengan fasilitas belajar amat sederhana. Namun, berkat kesabaran dan ketelatenan Netty dalam mendidiknya, bergulirnya waktu, orang-orang yang minta belajar malah semakin berdatangan. Sehingga, Netty mulai dikenal sebagai seorang guru menjahit. Akhirnya, peristiwa itu membuka pikirannya untuk membuat kursusan menjahit yang ia beri nama: Monalita.

Kualitas hasil belajar di Monalita tak perlu diragukan lagi. Hasil didikan di lembaga ini telah memiliki alumni yang sukes membangun bisnis jahitan. Bahkan, murid-murid Netty sampai ada yang membuka butik di Kalimantan, Bali dan Papua.

Ganjaran penghargaan di tahun 2005, sebagai lembaga kursus menjahit terbaik dan juara I se-DKI jakarta. Inilah bukti kesuksesan kualitas Monalita dalam dunia kursusan menjahit.

***

Didikan dan peran Hj. Netty dalam mencerdaskan dan membangun perekonomian bangsa Indonesia yang lebih mandiri, tanpa lagi tergantung pada asing patut kita apresiasi dan contoh. Seharusnya sektor-sektor bisnis yang pro rakyat harus pemerintah perhatikan. Bukan lagi pro pada asing yang nyata-nyata kekayaan kita diangkut oleh mereka semua.