Setelah hujan mengguyur daerah Kramat
Jati, Jakarta Timur. Pukul 20.00 WIB, di tengah dinginnya malam di sebuah
kantor asri yang bergerak dalam bidang EO, kami melakukan percakapan bisnis
yang menginspirasi. Bersama sang Direktur perusahaan EO tersebut, saya asyik
menyimak ulasan motivasi bisnis yang ia paparkan. Dengan gayanya yang
meletup-letup dan sesekali diselingi sendau gurau, perbincangan malam itu
serasa tidak menjemukan.
Segudang pengalaman dan pergaulannya
yang luas di kalangan pebisnis, hal ini merupakan kredit point tersendiri
sosoknya adalah magnet yang memberikan daya tarik kuat bagi saya untuk tidak
segera beranjak dari tempat duduk.
Ada satu yang perlu saya kisahkan, dan
pastinya ungkapannya memotivasi saya untuk berfikiran luas dan fleksibel dalam
menjalani sebuah bisnis.
***
“Point utama...” Ucapnya.
Karena berkonsentrasi menikmati
kepulan teh kesukaannya. Selang beberapa detik ia lanjutkan ucapan yang saya
tunggu-tunggu.
Lanjutnya: “Bawasannya dalam setiap
aktivitas apapun, termasuk bisnis. Yang membedakan antara satu pebisnis dengan
lainnya adalah “ilmu”. Ilmulah puncak manusia bisa mencapai dan meraih
cita-cita. Sebagaimana yang ditegaskan dalam ajaran Islam, Allah akan mengangkat
derajat orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat...”
Seketika kupotong pembicaraanya dengan
sebuah respon posistif, “Yes, tepat...”
“Dengan ilmu, paradigma berfikir dan
berbuat akan lain, karena seorang yang berilmu melihat semuanya dari berbagai
sisi. Masing-masing sisi itu akan ia faham sudut negatif dan positifnya. Bahkan,
setiap kendala dan hambatan apapun akan mudah ia temukan solusi.” Ucapannya ini
seketika membuat saya diam, dan sesekali suara berseliweran sepedah motor hilir
mudik terdengar jelas memecah pikiran.
“Ya, ilmu. Bukan hanya ilmu dalam
batas teori semata yang miskin praktek nyata?” Ucapku memberi penegasan
pertanyaan kepadanya.
“Kombinasi cara memahami sebuah ilmu
awalnya berangkat dari teori yang berupa informasi-informasi berupa tata-cara
yang telah ditemukan oleh seseorang atau beberapa orang hingga disetujuinya
konvensi kesepakatan teori keilmuan, dan dengan melibatkan praktek nyata
langsung melalui pengalaman. Sehingga, totalitas keseluruhan mengalami dan
merasakan. Disitulah manusia hakikatnya memahami akan yang namanya ilmu.”
***
Pembicaraan empat mata kami ini
berhenti sejenak, setelah teman saya datang, seketika saya perkenalkan ia padanya.
Kemudian, pembicaraan kamipun
berlanjut. Saya dan teman saya terus saja menyimak ungkapan-ungkapan
inspiratifnya: “Ketika modal keilmuan tersebut digunakan dalam menjalankan roda
bisnis. Cara pandangnya adalah cara pandang mencipta; membuat suatu bisnis
dengan daya kreatif dan inovatif. Tanpa tersekat oleh oleh modal finansial.”
Mendengar ungkapannya ini, saya dan
teman saya saling bertatapan pandang, mencoba memahami maksud ucapannya.
“Ok, pastinya kalian kebingungan,
bukan?” Tanyanya.
“Betul...” Jawab kami berdua hampir
bersamaan.
“Dengan modal ilmu, tentunya memiliki
konsep bisnis. Setiap sodoran konsep bisnis yang terbaik yang seorang pebisnis
hasilkan, pastinya akan menarik terutama mereka yang memiliki modal finansial,
walaupun hakekat konsep itu sendiri tidak bisa dinilai dengan suatu apapun. Maka,
pantas bila konsep yang kreatif, inovatif dan berprospek bagi kelangsungan
bisnis adalah lahan yang menjadi rebutan kalangan pemilik modal.”
“Gimana, sobat?” Tanyanya.
“Ada titik terang...” Jawabku penuh
senyum puas.
“Ok, saya lanjutkan...” Ucapnya.
Seperti ini: “Kendala yang sementara ini
dihadapi dan dialami mereka yang memiliki finansial berlimpah adalah bagaimana
menyalurkan uang yang mereka miliki dalam bentuk bisnis yang prosfek yang
konsepnya memiliki muatan progress bagi perputaraan hartanya. Sehingga, mereka
sebenarnya rindu pada sosok orang yang memiliki kriteria seperti yang telah
saya katakan tadi. Dan seharusnya paradigma money dulu dalam bergerak
menjalankan suatu konsep bisnis, segera dirubah dan dibuang jauh-jauh. Mari
sama-sama konsep bisnis yang telah kita sepakati dan bicarakan kita jalankan
bersama hingga meraih hasil yang kita inginkan. Namun, bukan berarti modal finansial
pendukung suatu bisnis kita nafikan, bukan, tapi paradigma yang telah saya
sebutkan, harus segera dirubah.”
***
Kami sodorkan kepadanya hasil konsep Event
yang telah saya buat bersama temanku itu, dan dengan penuh keyakinan
mempresentasikan di depannya.
Thank you for his company in Creafin
Productions.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar