Kamis, 08 Mei 2014

Sepak Terjang Netty Monalita Membangun Kursus Menjahit


Daerah Rawamangun, Jakarta Timur, tepatnya di Pasar Sunan Giri,  aneka pemandangan toko-toko menjual kebutuhan bahan-bahan untuk menjahit terlihat mudah kita temukan. Mamang di pasar inilah tempat rujukan kalangan penjahit membeli bahan-bahan jahitan. Namun, yang menjadi sentral daya tariknya adalah sebuah kursusan jahit yang sudah terkenal dan menelorkan banyak murid. Ya, di tempat inilah terdapat lembaga kursus jahit Monalita, yakni lembaga kursus yang didirikan oleh Hj. Netty Monalita.

Sosok Hj. Netty memang unik untuk dituliskan, karena selain sebagai seorang penjahit dengan hasil jahitan yang ‘the best’, ia adalah seorang guru jahit, yang saya bisa menyebutnya sukses. Karena dari hasil didikan dilembaga kursus yang ia dirikan, skill menjahit terutama kalangan wanita di Indonesia bisa menjadi sumber lain penompang hidup kehidupan rumah tangga, selain dari suami. Sehingga, wanita-wanita itu tidak perlu lagi menengadahkan tangan pada suami, menjadi seorang wanita mandiri dan kuat dalam meraih  rupiah, yang ia alokasikan demi pendidikan sang anak dan kebutuhan hidup sehari-hari. Fakta ini saya peroleh dari bibi, saudara ibunya teman saya. Saya memanggilnya bibi, karena keluarga teman saya itu sudah seperti saudara saya sendiri. Dari bibi ini saya sekilas memperoleh informasi kursusan jahit Monalita, karena menurut pengakuannya, ia pernah belajar menjahit di kursusan Monalita. Sehingga, bekal ilmu kursus menjahit itu, ia praktekan membuka bisnis melayani jahitan.  Dan hasilnya lumayan, setidaknya bisa membantu suami menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang perguruan tinggi.

***

Wanita pemilik lembaga kursus Monalita ini lahir di Pekanbaru pada tanggal 4 Maret 1956 dengan nama lengkap Netty Monalita, dengan suami bernama H. Aldric, suami yang selama ini terus mendukung dan ikut membesarkan lembaga kurusan Monalita. 

Awal Netty terjun ke bisnis kursusan menjahit bukan cita-cita yang ia idamkan. Baginya, skill menjahit yang ia miliki merupakan modal membangun bisnis jasa jahitan yang selama ini telah ia pelajari dan latih dari semenjak kecil. 

Bakat dan keinginan menjahitnya sudah terlihat di usia 3 tahun, dengan kebiasaaanya menggunting kain-kain yang ada di rumah, yaitu taplak, gorden dan seprei. Menginjak kelas 5 SD, Netty sudah mampu membuat pakaian untuk adiknya dengan mesin jahit, yang pola model jahitannya ia peroleh dari pakaian sang adik yang terlebih dahulu ia preteli benang-benang yang mengikat pakaian tersebut. Ia jiplak model pakaian sang adik tersebut untuk membuat pakaian baru hasil jahitan tangannya. Setelah lulus SD, ia makin suka membuat baju khusus untuk dirinya pribadi. Kemudian, asupan skill menjahitnya pun meningkat seiring tekadnya belajar menjahit dengan bergabung di berbagai lembaga kursus. 

Baru di usia 18 tahun, Netty mulai menerima orderan jasa menjahit. Ny. Nur Laela adalah konsumen pertamanya yang tinggal di depan rumahnya. Ternyata, Ny. Nur Laela makin keranjingan menjahitkan pakaiannya di tempat Netty. Lambat laun dari mulut ke mulut kualitas hasil jahitan Netty tersebar hingga memberikan pelanggan-pelanggan tertentu. Semakin bertambahnya pelanggan yang berdatangan,  akhirnya di usia 20 tahun ia memantabkan diri menseriusi bisnis menjahit. 

Tapi, takdir berbicara lain melalui keinginan Nur yang merupakan pelanggan pertamanya. Kepada Netty ia ungkapkan keinginan belajar menjahitnya. Namun, keinginan untuk belajar kepada Netty harus bertepuk sebelah tangan, memperoleh jawaban penolakan. Nur pun tidak lantas menyerah. Dengan desakan terus-menerus, akhirnya keinginan belajar menjahit ke Netty memperoleh lampu hijau dengan syarat Nur harus rutin belajar. 

Di tempat kontakan rumah petak di dalam gang, Netty menggembleng Nur belajar menjahit yang dilangsungkan selama tiga kali seminggu dengan fasilitas belajar amat sederhana. Namun, berkat kesabaran dan ketelatenan Netty dalam mendidiknya, bergulirnya waktu, orang-orang yang minta belajar malah semakin berdatangan. Sehingga, Netty mulai dikenal sebagai seorang guru menjahit. Akhirnya, peristiwa itu membuka pikirannya untuk membuat kursusan menjahit yang ia beri nama: Monalita.

Kualitas hasil belajar di Monalita tak perlu diragukan lagi. Hasil didikan di lembaga ini telah memiliki alumni yang sukes membangun bisnis jahitan. Bahkan, murid-murid Netty sampai ada yang membuka butik di Kalimantan, Bali dan Papua.

Ganjaran penghargaan di tahun 2005, sebagai lembaga kursus menjahit terbaik dan juara I se-DKI jakarta. Inilah bukti kesuksesan kualitas Monalita dalam dunia kursusan menjahit.

***

Didikan dan peran Hj. Netty dalam mencerdaskan dan membangun perekonomian bangsa Indonesia yang lebih mandiri, tanpa lagi tergantung pada asing patut kita apresiasi dan contoh. Seharusnya sektor-sektor bisnis yang pro rakyat harus pemerintah perhatikan. Bukan lagi pro pada asing yang nyata-nyata kekayaan kita diangkut oleh mereka semua.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar