Setelah membaca berita Sindo
News.Com, Kamis (15/5/2014), yang mengulas pidato CEO
MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) dalam dalam acara HUT Full Gospel
Business Men Fellowship International (FGBMFI), Garment Group Regional West IV
ke-11, bertema Entrepreneur Revolution. Sang CEO mengemukakan bahwa:
“Penentu sukses adalah focus on quality
dengan upaya optimal, dan efek
eksternalnya memancarkan berkat bagi lainnya."
Kategorisasinya meliputi:
· Hubungan
vertikal dengan Tuhan
· Quality
from inside
· Proses
dan hasil kerja yang berkualitas
Hubungan
vertikal
Tanoe
menafsirkan bahwa hubungan manusia dengan Tuhan bisa akan terkait satu sama
lainnya dengan cara taat kepada firman Tuhan.
Firman
Tuhan!?
Firman
adalah salah satu sifat Tuhan; mustahil Tuhan tidak berfirman. Dalam ajaran
agama-agama samawi firman Tuhan ini Qodim (kekal) dan merupakan sumber legitimasi
ekstistensi Tuhan. Firman Tuhan ini adalah source of rule and law bagi
yang meyakininya. Pelaksanaan akan keyakinan pada firman-Nya adalah bukti
ketaatan dan ketergantungan manusia pada Tuhan yang Maha, yang manusia
sepenuhnya sadar akan kelemahan dan keterbatasannya. Implementasi ketaatan pada
firman Tuhan menciptakan paradigma esensial bahwa setiap hal sebagaimana ungkap
Tanoe:...”pilihan tepat dan benar hakikatnya bukan dari diri kita, tapi dari
tuhan.”
Quality from inside
Selanjutnya
point ini penegaskan ungkapan Tanoe bahwa menciptakan kualitas harus dimulai
dari dalam diri seseorang, dengan terus menerapkan introspeksi diri melalui
upaya perbaikan dan peningkatan diri atas kelebihan dan kekurangannya. Karena manusia
tidak akan pernah lepas dari salah dan lupa. Inilah Indikasi ketidaksempurnaannya
manusia.
Hakikatnya
pidato Tanoe tersebut sejalan dengan adagium kalangan ulama Islam, “Al-Insanu
Mahalul Khothoi Wa Nisyan...” (manusia adalah tempatnya salah dan lupa). Kesadaran
ini adalah bangunan konstruktif untuk lebih membentuk manusia yang sadar akan
keberadaanya, dan akan bertindak untuk lebih berhati-hati penuh perhitungan.
Namun, bila kesalahan menghapiri, segera
melakukan proses kontemplatif introspeksi kekurangannya dengan upaya perbaikan
maksimal.
Batasan
kekurangan manusia ini merupakan penyadaran diri, selain sisi kelebihannya. Melihat
diri dalam satu sisi kelebihan saja, menyebabkan manusia akan lupa akan
kekurangannya. Sehingga, kelebihan yang
dimiliki menyadarkan manusia untuk membangunnya, yang asas manfaatnya bisa
dinikmati oleh dirinya maupun orang lain. Bahkan, kelebihan dalam diri manusia harus
terus ditingkatkan, minimal dipertahankan, bukan malah dicampakkan.
Proses dan hasil kerja
yang berkualitas
Dititik ini kombinasi sinergis menghasilkan
kualitas eksternal peran manusia dalam proses yang sedang diperankannya. Bila kita
adalah seorang pebisnis, pastinya setiap proses bisnis tidak akan pernah lepas
dari ukuran kualitas, karena proses yang berkualitas akan memberikan out put
yang berkualitas juga.
Maka, ungkap Tanoe:...”manusia harus
membiasakan diri memberikan kualitas dalam setiap apa yang dikerjakannya, agar
hikmat Tuhan bekerja dalam diri kita.”
***
Hubungan vertikal dengan Tuhan yang
soleh, kualitas diri yang kredibel dan proses dan hasil kerja yang berkualitas
adalah ukuran maksimal yang harus kita tanamkan dan lakukan. Agar, proses
bisnis dalam perusahaan kita memberikan hasil yang maksimal yang bisa bermanfaat bagi dirinya dan
lingkungan sosialnya.
***
Pidato Tanoe yang diulas berita Sindo News.Com ini
adalah inspirasi saya untuk melakukan pensarahan, yang inti inspirasinya
dari pidato Tanoe, sedangkan saya sendiri tinggal memberikan penafsiran berlandaskan
pemikiran dan keyakinan saya pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar