Kamis, 02 Oktober 2014

Membentuk Mental Bisnis Sejak Dini Melalui Kisah Nabi Muhammad Saw


Sosok dan kepribadian Nabi Muhammad Saw tak akan pernah hilang dikekang jaman, euforia namanya akan selalu dijadikan rujukan oleh semua manusia. Muhammad Saw lahir dari keluarga sederhana dan suci ini, sejak kecil harus kehilangan ke dua orang tua yang ia cintai, Abdullah, ayahandanya telah meninggalkannya tanpa sama sekali melihat wajah ayah yang ia sayangi, lalu menginjak usia 6 tahun, sang ibunda, Aminah, pun harus meninggalkannya untuk selamanya. Kepergian ke dua orang tuanya ini menyebabkan ia harus rela menjadi yatim piatu.

Namun kondisi ini tidak menyurutkan semangatnya untuk berjuang menggapai cita-cita dan tujuan hidup, malahan kondisi ini membuatnya menjadi sosok yang semakin tegar dan terdidik untuk lebih mencintai sesama makhluk Allah Swt. Dalam kondisi yang serba kesendirian dan keprihatinan tersebut, menggugah rasa sang kakek, Abdul Mutholib, mengalihkan rasa cintanya pada Muhammad Saw, karena sang kakek mampu merasakan kondisi sang cucu yang telah diterpa badai kesedihan. Sang kakek selalu menaruh harapan padanya untuk kelak bisa menjadi pemimpin yang disegani oleh suku-suku Quraisy, seperti misalnya Abdul Mutholib selalu mengajak Muhammad Saw setiap pertemuan dengan kepala kabilah suku Quraisy, Muhammad Saw akan selalu disertakan dalam pertemuan tersebut, hal ini untuk mendidik dan mengenalkan Muhammad Saw kelak nantinya bisa menjadi pemimpin yang disegani dan bijaksana, dari sinilah didikan untuk menjadi pemimpin sudah tertanam kuat di jiwa Muhammad Saw.

Bukti rasa sayang Abdul Mutholib pun tak lantas di masa-masa hidupnya saja, menjelang akhir kematiannya, sang kakek selalu cemas dan khawatir jika ia salah pengasuhan, maka diputuskanlah bahwa setelah kematiannya, ia menunjuk dan mengamanahi Abu Thalib; salah satu anak beliau untuk mengasuh Muhammad Saw, alasan penunjukkan Abu Thalib adalah karena jiwa dan sifat mulia yang dimiliki sang putranya ini lebih dibandingkan anak-anaknya yang lain. Meskipun dari segi perkonomian hidup, Abu Thahib sangat sederhana dan jauh dari kemewahan dan kekayaan.

Masa-masa pengasuhan Abu Thalib, selain curahan kasih sayang melebihi anak-anaknya, Muhammad Saw pun oleh sang paman digembleng menjadi sosok yang mandiri, hal ini dibuktikannya saat usia Muhammad Saw menginjak umur 12 tahun, sang paman menyertakannya dalam suatu ekspedisi bisnis ke daerah Syam (Syiria). 

Ekspedisi bisnis ini bila kita telaah merupakan bagian dari didikan sang paman, agar kelak Muhammad Saw menjadi seorang pebisnis yang tangguh. Melihat intensitas kehidupan sosial masyarakat Quraisy yang gemar berbisnis hingga melintasi batas wilayah teritorial, dengan menempuh jarak bermil-mil, dan rentang waktu berhari-hari.

Sehingga, didikan sang paman ini begitu membekas di jiwa Muhammad Saw, dari pengalamannya berbisnis bersama sang paman pada dasarnya adalah modal penting dari perjalanan hidupnya, dan memang hasil didikan bisnis sang paman ini bisa ia unduh hasil dan buktinya, yakni ketika beliau di umur 25 tahun dipercaya oleh saudagar wanita terkaya, Siti Khodijah, untuk memimpin ekspedisi bisnis miliknya kepada Muhammad Saw. Dan kepercayaan Khadijah ini mampu oleh Muhammad Saw jalankan dengan sukses. Barang dagangan Khadijah laku keras, dan pundi-pundi keuntungan menghinggapi ekspedisi tersebut.

Baca Juga: 
Manfaat Sifat Jujur Dalam Bisnis Dan Kejujuran Bisnis Nabi Muhammad Saw

Dari kisah ini dapat kita simpulkan bahwa mental dan jiwa berbisnis harus kita tanamkan sejak usia dini pada generasi bangsa ini. Karena modal berbisnis tidak hanya keuangan yang mumpuni saja, tapi juga mental dan jiwa yang kuat pebisnis sendiri. 

Semoga Bermanfaat...

Sabtu, 27 September 2014

Fenomena Keyakinan Mistik Dalam Berbisnis


Berjalan menelusuri gang-gang sempit perumahan di kota peninggalan imperium kerajaan di salah satu kota di pulau Jawa merupakan pengalaman yang sulit dilupakan. Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari perjalanan itu, namun yang menjadi bahan pengembaraan pemikiran ini adalah hawa mistiknya. Hawa yang mampu menggerakkan rasa dibuat penasaran untuk segera menguaknya. Sehingga, gejolak yang menggelayut dalam pikiran bisa terbayar sudah. Agar pertikaian keyakinan pada hal-hal yang berbau mistik tidak hanya dalam wacana teori semata.

Konteks mistik ini merupakan hal lumrah yang sering menjadi tema serius masyarakat Jawa. Masyarakat yang tatanan pada hal-hal yang ghaib ini mampu menciptakan budaya tersendiri yang hampir seluruh kehidupan mereka tidak akan pernah lepas pada penyebutan kata tersebut.

Teori Pengertian Mistik

Keyakinan akan hal-hal mistik ini tak jarang menempatkan manusia pada polemik berkepanjangan antara dua kutub ekstrim: rasionalistik dan materialistik versus unrasionalistik dan unmaterialistik. Dimana kutub mistik ini menempati posisi batasan unrasionalistik dan unmaterialistik, karena mistik memang sulit dicerna oleh akal sehat dan ketiadaannya bukti fisik materinya, namun hanya bisa dirasakan, dan yang sifatnya subjektif. Sehingga menentukan parameter objektifitas mistik, dalam kajian keilmuan modern ala pendekatan ilmuan Barat masih menjadi bahan perdebatan yang sulit diterima. Akhirnya, keyakinan pada yang mistik merupakan pandangan umum untuk tidak perlu diketengahkan dalam pembicaraan akademik keilmuan. Tapi sekup wilayahnya hanya bisa diperbicangkan secara eksklusif terbatas pada orang-orang, kondisi dan wilayah tertentu. 

Ditelusuri secara filologi katanya sendiri, kata mistik ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu mystikos, yang artinya rahasia, serba rahasia, tersembunyi, gelap. Yang dalam pemahaman Ahmad Tafsir (2004), mistik adalah fenomena yang tidak rasional atau tidak dapat dicerna rasio. Sehingga, menjabarkan pengalaman mistik pada seseorang yang belum pernah mengalami dan merasakannya langsung hanya membuang-buang waktu saja, bahkan cap gila bukan tidak mungkin bisa terjadi. Sebaliknya, bila pengalaman mistik ini kita jabarkan ke sesama orang yang pernah mengalami dan merasakan, merupakan ruang apresiasi tersendiri yang mampu menciptakan perbincangan yang mengasyikkan. 

Dunia Bisnis

Pertanyaan mendasar, adakah hubungan dan keterlibatan pelaku-pelaku bisnis terhadap hal mistik ini? Bentuknya seperti apa? Dan mengapa? 

Sebagaimana fenomena perkembangan bisnis saat ini, dimana pebisnis-pebisnis Barat masih menguasai, sehingga aspek-aspek bisnis selalu dijejali oleh paradigma-paradigma teori-teori Barat yang serba rasionalistik, materialistik dan emprik. Dibanding dengan alam bisnis dan keyakinan masyarakat Jawa pada hal mistik masih kental. Karena juga, kegelisahan saya di tengah desas-desus sebagian orang di tempat saya berpijak saat ini, tentang masih banyak kalangan pebisnis di pulau kita ini, untuk meningkatkan dan membangun bisnisnya tak jarang menggunakan cara-cara mistik. 

Pertimbangan kalangan pebisnis untuk meyakini dan melakukan persekutuan kepada hal yang mistik, karena kenyataan dunia bisnis yang penuh kompetisi super ketat, tak jarang usaha saling mengalahkan dan membunuh berkembang dan majunya suatu bisnis merupakan cara dan jalan yang sering ditempuh. Karena pesaing adalah lawan yang patut dieyahkan dan dikalahkan. Penggunaan cara mistik, sering mereka gunakan, misalnya dengan pemanfaatan tenaga jin, dengan memerintahkan sang jin untuk membuat bisnis sang pesaing tidak berjalan normal atau dibuat bangkrut. Yang dalam istilahnya ‘disantet; diguna-guna’. 

Sedangkan ada juga melakukan persekutuan dengan meminta pada jin saja. Di Jawa penyebutan semacam ini disebut dengan istilah ‘muja atau nyupang’, dan penyebutan jin yang mereka puja pun bermacam-macam istilah penamaan, tergantung jenis jin yang mereka puja, dan daerah dimana sang pemuja dan Jin sendiri tinggal. Ada dengan menggunakan mediasi tuyul, sejenis jin berpostur kecil, gundul, selalu bertelanjang dada dan hanya mengenakan cawet saja atau celana dalam, dimana tuyul ini mengabdi pada sang empunya dengan jalan mencuri uang milik orang lain. Ada juga yang melakukan persekutuan dengan sebangsa jin yang berbentuk ular, babi, anjing dan lainnya. Melalui mediator dengan proses bersekutu tersebut, penghambaan dan persekutuan dengan hal mistik ini adalah dalam rangka mempercepat proses majunya dan berkembangnya suatu bisnis. Namun, proses nyupang atau muja ini sering menghasilkan dan memberikan korban jiwa baik itu dari pihak keluarga; anak, istri, orang tua atau orang lain, yang istilahnya sebagai tumbal yang harus dipersembahkan pada sang jin, tentunya setelah terikat perjanjian dan persyaratan yang telah disepakati. 

Ke dua cara mistik itu disebut dengan cara negatif dan harus manusia hindari. Solusinya dengan meyakini cara mistik positif, yaitu dengan meyakini keberadaan Tuhan. Yang keyakinan pada Tuhan ini merupakan istilah hakiki yang patut manusia yakini. Maka sepatutnya keyakinan pada sang Tuhan harus dipupuk oleh semua kalangan pebisnis. Yang pada hakikatnya Tuhanlah yang mengatur dan menciptakan semua makhluk di jagad raya ini, termasuk jin, maka alangkah naïf dan ruginya manusia bersekutu dan meminta jin-jin tersebut, yang dalam struktur penciptaan Tuhan, manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan oleh Tuhan, dan dititahkan untuk menjadi pemimpin di dunia ini. Sehingga, eksitensinya sudah dipersiapkan secara sempurna dengan dua unsur esensial, yakni berupa unsur jasmani yang tampak dan unsur ruhani yang tidak tampak yang bisa manusia rasakan saja. Ditambah komponen perangkat perangkat canggih baik itu berupa akal, hati, nafsu sehingga manusia mampu memilah mana yang baik dan buruk, manusia dapat melakukan tindakan baik atau buruk, bahkan manusia dapat melakukan alternatif-laternatif lainnya dalam menggapai tujuan. Yang kesempurnaan manusia itulah menempatkannya mampu menjangkau batasan eksistensi jin, malaikat dan makhluk-makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Sehingga, penghambaan pada yang selain pada Tuhan merupakan penurunan pada derajat kesempurnaan manusia sebagai makhluk sempurna. 

Korelasi pemahaman ini dalam hubungannya dengan dunia bisnis, terletak sejauhmana manusia mampu memanfaatkan perangkat-perangkat tersebut di tengah-tengah persaingan bisnis yang super ketat dan penuh intrik. Artinya, jalan terbaik berbisnis dengan memanfaatkan cara cerdas ala manusia sebagai makhluk sempurna, dengan berpegang teguh pada keyakinan kita pada Tuhan.
Karena, bila kegagalan dan kebangkrutan mengintai pebisnis, celah untuk melakukan jalan pintas sangat besar. Dalam kondisi seperti ini solusi untuk menyelesaikannya sangat rawan pada dua bentuk jalan atau cara: cara nyupang atau muja pada jin dengan mendatangi dukun, atau cara pemasrahan total pada Tuhan sesuai jalur agama. 

Oleh sebab itu, agar terhindar dari posisi kegagalan. Aturan agama dan ilmu bisnis konvensional telah memberikan rumus atau resep yang patut dilaksanakan dan diperhatikan jika hendak menjalankan bisnis. Walaupun teori-teori tersebut dalam prakteknya memang sulit. Keyakinan dan kemantapan bertindak sesuai koridor akan lebih aman dan menentramkan jiwa, walaupun di sisi lain pebisnis lainnya banyak melakukan jalan yang menelikung trak lurus tersebut, tapi jaminan cara itu tidak akan aman dan penuh resiko. Perhatikan saja pengemudi mobil dijalanan, kasus kecelakaan akan terjadi jika pengemudi tidak mengindakan aturan main lalu lintas. Tindakan spekulatif tanpa perhitungan matang akan membawa pebisnis pada jurang kekecewaan dan kehancuran.

Senin, 01 September 2014

Belajar Bisnis Dari Sapu Lidi & Kuatnya Bangunan


Pelajaran yang patut kita renungi adalah belajar dari ‘segengam sapu lidi’ yang biasa ibu-ibu di kampung gunakan sebagai pembersih halaman rumah atau kotoran yang mengotori lingkungan mereka. Sangat mudah mendapatkan sabu lidi ini, kita tinggal pergi ke warung atau pasar, hanya seharga sekitar 10 ribu rupiah lebih, kita bisa mendapatkan sapu lidi. Yang perlu kita renungi adalah filosofi lidi yang mampu memberikan manfaat bagi atmosfir bisnis yang saling memperkuat satu-sama lainnya.

Esensi sapu lidi yang biasa digunakan untuk menyapu itu akan tiada artinya, jika keberdaannya bercerai-berai, tidak menyatu dalam kumpulan layaknya sapu lidi. Satu batang lidi mana mungkin bisa dengan cepat dan efektif membersihkan sampah, jika satu sama lainnya tidak menjadi kumpulan lidi-lidi yang terikat kuat oleh pengikat tertentu, sehingga mudah digenggam tangan manusia untuk menyapu. Dengan keberadaan lidi-lidi yang berkumpul menjadi kumpulan tertentu, dan oleh manusia disebut sapu lidi dan digunakan untuk membersihkan kotoran atau sampah, akhirnya lidi-lidi tersebut memiliki dampak dan kekuatan yang mampu menjadi rujukan manusia ketika membersihkan sampah organik dan non-organik.

Kebersatuan dari filosofi sapu lidi tak ubahnya anologi kekuatan sebuah bangunan yang satu sama lainnya memperkuat, sebagaimana Sabda Nabi Muhammad Saw: “Al-Mukminuna Lil Mukminina Kal Bunyan Ya Syuddu Badhohu Badhon” bahwa hubungan seorang mukmin satu dengan yang lainnya, tak ubahnya ‘bangunan’ antara satu dengan yang lainnya saling memperkuat. Maknanya, Bangunan bisa memberikan manfaat bagi manusia jika bangunan itu satu sama lainnya saling mengisi dan memperkuat akan tegaknya sebuah bangunan. Sehingga, dari bangunan itu manusia bisa mempergunakannya sebagai hunian rumah yang mampu menanunginya dari panas dan dingin. 

Maka kaitan antara lidi dan bengunan tersebut menempatkan kita pada ruang pemikiran jernih bahwa manusia harus bersatu bila ingin mendapatkan hasil atau target dari suatu kemanfaatan. Terutama dalam setiap organisasi kehidupan yang menuntut kerja sama, tak ubahnya perusahaan bisnis. 

Filosofi kebersatuan lidi dan saling memperkuatnya suatu bangunan menyimpan pelajaran yang berarti. Yang perlu dicatat bahwa dalam berbisnis keterlibatan team-work sangat besar pengaruhnya, sehingga pemahaman analogi lidi dan bangunan itu merupakan bahan rujukan inspiratif yang perlu diterapkan dalam bisnis. Bersatu dan saling memahami satu sama lainnya, merupakan kekuatan yang pastinya memiliki dampak yang sangat besar bagi capaian sebuah hasil atau pun target. 

Karena, lidi hanya tinggal lidi jika tidak terikat dalam kumpulan lidi yang mampu membentuk bentuk dan kekuatan ‘sapu lidi’, dan bangunan hanya tinggal bangunan bila satu sama lainnya enggan memperkuat, sehingga entintas kekuatan dan kemanfaaatnya menempatkan lidi dan bangunan menjadi sapu lidi yang bermanfaat dan bangunan yang memperkuat satu sama lainnya. 

Baca juga artikel: Belajar Mengelola Perusahaan Dari Sebuah Team Sepak Bola

Sabtu, 30 Agustus 2014

Taget Utama Manusia Sebagai Homo Economicus


Logis jika dalam segala aktivitas kehidupan manusia, landasan ekonomi merupakan bidikan target utama manusia sebagai makhluk ekonomi (homo ekonomicus), jenis apapun profesi dan bidang yang sedang kita kaji bahwa tujuan  ekonomi sulit sekali disisihkan dari kehidupan, tergantung seberapa lama dan cepatnya desakan ekonomi hidup menelikung jalan yang sedang kita lalui. 

Perhatikan kehidupan orang-orang di sekeliling kita. Berbagai macam jenis perbedaan dan persamaan tujuan hidup membuktikan bahwa mereka memiliki target. Target tersebut adalah capaian hidup di suatu masa dan titik tertentu. Mengapa diperlukan target hidup? Agar tujuan tidak melenceng dari garis kehidupan. Meskipun target ini dalam hal merealisasikannya mempunyai berbagai macam cara. Namun terpenting tinggal “kerja keras” manusianya saja mau atau tidak untuk segera mencapainya.

Perhatikanlah kehidupan manusia di fase-fase anak-anak, remaja, dewasa dan tua. Masing-masing memiliki kebutuhan ekonomi yang berbeda. Perbedaan desakan target ekonomi ini tergantung juga kondisi lingkungan kehidupan, baik itu perihal kehidupan ekonomi keluarga dan masyarakat tempat tinggal. Ketika kebutuhan kehidupan ekonomi, walaupun secara fase pertumbuhan dan perkembangan jasmani di fase anak-anak, ternyata ia ada di level layaknya kebutuhan ekonomi hidup fase dewasa atau tua, maka target desakan mencapainya tak ubahnya fase dewasa atau tua. Sehingga walaupun di fase kanak-kanak tapi hakekatnya cara mencapai taget ekonominya sudah di level tak seubahnya masa kanak-kanak. Pengalaman dan kisah semacam itu di kehidupan nyata masih banyak kita temukan. Anak-anak lugu dengan gairah kemampuan otak yang seharusnya digunakan untuk menggapai asupan ilmu di bangku pendidikan formal, harus kandas karena desakan target kebutuhan ekonomi kehidupannya dan keluarga yang sulit dan sangat memprihatinkan. Ia harus banting tulang menggapai ‘rupiah’, demi perut yang sulit ditawar lagi bila rasa lapar datang tiba-tiba. Sebaliknya ada juga karena kenyamanan dan kehidupan ekonomi dirinya berkat kehidupan ekonomi orang tua yang mapan dan serba mudah terpenuhi, dorongan untuk meraih taget ekonomi biasanya kurang begitu kuat, karena sandaran kebutuhan ekonominya telah terjamin. Jadi yang ada dalam benak pikiran hanya tinggal menjalankan hidup saja dengan sebaik-baiknya, terlepas mau itu perjalanan yang baik atau pun buruk. Gambaran ini adalah pembuktian logis bahwa lebel manusia sebagai makhluk ekonomi dalam menjalankan kehidupan, target kehidupannya tak akan pernah bisa lepas dari hakikat eksistensinya di dunia ini, hanya tinggal pengaruh dan kuatnya kondisi yang mengondisikannya. Hal ini pun bisa menjadi alasan sejauh mana cepat dan tidaknya mencapai ‘taget’.

Dan yang perlu dicermati pula adalah bagaimana perputaran kehidupan ini mampu menjawab dan memberikan gambaran bahwa kenyataan kebutuhan ekonomi manusia adalah taget hidup yang perlu diprioritaskan, terlepas setinggi dan serendah apapun latarbelakang pendidikan dan usia, hakekatnya manusia sulit untuk berpaling dari hakikat kemanusiannya sebagai makhluk ekonomi.

Perenungan...
  

Kamis, 28 Agustus 2014

Hubungan Potensi Ekonomi Kelautan & Sejarah Kebesaran Indonesia

Budaya berbisnis di daerah pesisir pantai dalam rentang sejarah kehidupan masyarakat Indonesia merupakan cikal bakal terciptanya pola pemikiran heterogen dan maju. Akses informasi-informasi kalangan pendatang yang berdagang atau berbisnis di tempat itu, tak jarang mampu membentuk wawasan dan sumber-sumber pengetahuan baru yang menjadi sumber rujukan dalam menata pandangan kehidupan mereka untuk lebih progresif.

Berkaca pada sejarah awal proses perdagangan atau proses bisnis di kepulauan Indonesia. Kerajaan-kerajaan besar yang pernah menorehkan kegemilangan, menempatkan pusat kerajaannya tak jauh dari daerah pesisir pantai. Memang cukup beralasan, melihat di wilayah pesisir pantai adalah sumber utama akses kehidupan manusia bertemu dengan berbagai macam varian pemikiran yang berbeda, sehingga sangat pantas bila raja-raja tersebut mampu mengakomodir dan menancapkan pengaruh kekuasaannya, dengan tujuan agar otoritas kekuasaan raja mampu memegang dan mengendalikan.  

Taroh saja misalnya Kerajaan Majapahit, mustahil kebesaran namanya bisa menyebar ke seantreo Asia tenggara dan dunia, bila letak kerajaan di pedalaman, jauh dari pesisir pantai. Bandingannya berbeda dengan kerajaan Pajang dan Mataram Islam yang letak pusat kerajaan di pedalaman pulau Jawa, jauh dari gemuruh kehidupan laut pantai Utara Jawa. Pemindahan pusat kerajaan ini ternyata menimbulkan kemunduran drastis, dimana penjagaan keamanan wilayah laut mudah dimasuki asing dan proses perdagangan pun mengarah pada praktek kotor monopoli dagang dan penguasaan atas wilayah tertentu. 

Akibatnya perbedaan letak pusat kerajaan ini mempengaruhi luas wilayah kekuasaan dan kemakmuran masyarakat. Sehingga, sebagaimana pernah disinggung Pramudya Ananta Toer dalam novel sejarahnya berjudul Arus Balik, yang setting konstruksi cerita kesejarahannya di masa kekuasaan Pati Unus, raja kedua kerajaan Demak itu, implisitas ceritanya – dari sudut pandang saya pribadi – menegaskan bahwa kerajaan yang pusat kerajaanya di pesisir pantai secara kebesaran dan kemakmuran rakyat akan lebih dibanding dengan kerajaan yang pusat kerajaanya didirikan di daerah pedalaman. Dominasi ‘wilayah pesisir pantai utaralah’ yang mampu memegang akses luas bagi perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia tempo dulu. Karena alasan kondisi gelombang air laut pantai utara aman untuk dilewati kapal, dibanding pantai selatan.

Misi Bisnis Pelayar

Tujuan pelayar-pelayar asing pada dasarnya menyimpan misi-misi tertentu, selain memang misi utama mereka berdagang atau melakukan transaksi bisnis di kepulauan kita. Sehingga, kalo kita pernah mendengar istilah ‘Gold’ (emas), istilah ini untuk menegaskan akan sebuah misi ekonomi. 

Diperkuat kebijakan longgar raja-raja di kepulauan kita dalam transaksi bisnis perdagangan, hal ini merupakan peluang pelayar-pelayar asing berdatangan. Disamping kebebasan yang diberikan raja untuk melakukan transaksi bisnis, tanpa perlu mencampuri otoritas kekuasaan dan kebijakan raja. Karena aturan mainnya, sejauh mana kalangan pendatang tersebut mampu memberikan keuntungan bisnis melalui proses jual-beli transaksional dimana naungan otoritas keamanan dan kebijakan ekonomi di bawah kekuasaan kerajaan.

Rekam jejak wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan, tentunya potensi bisnis dan interaksi bisnis dengan bangsa-bangsa lainnya menempatkan Indonesia pada ruang bidik utama tujuan pelayaran dagang. Catatan perjalanan sejarah-sejarah masa lampau dari pelayar-pelayar China, India, Arab, Portugis, Inggris, Belanda selalu menempatkan bangsa indonesia menjadi tujuan yang harus disambahi. Letaknya ada pada sisi kekayaan sumber alamnya, terkenal dengan rempah-rempah dan peluang permintaan akan produk barang yang tinggi.

Ditelusuri lebih jauh di masa Atlantis, sebagaimana pernah tulis Santos melalui masterpieces karya bukunya berjudul, The Lost Continent Finally Found, dengan penelitian dan data akuratnya, Indonesia lah adalah Atlantis itu sendiri. Penelitian Santos awalnya berangkat dari informasi Plato, walaupun di satu sisi kemasan informasi sang Filosof Yunani ini berbentuk bahasa puitik yang makna objektifnya sering disamarkan dan disembunyikan; penuh multi-tafsir. Tapi keyakinan Santos: “belahan bumi yang kaya akan emas, kemakmuran penghuninya yang hancur lulah-lantah akibat letusan gunung api yang menyebabkan banjir bandang besar (tsunami) adalah Indonesia”.

Pembuktian-pembuktian historis ini adalah data yang seharusnya menjadi tolak ukur untuk secara efektif pemerintah saat ini prioritaskan. Tapi dalam arti potensi sumber ekonomi lainnya tetap perlu diperhatikan, walaupun rekam jejak aktivitas pertanian telah dikembangkan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia yang lebih mengedapankan pada wilayah pertanian. Inspirasi jejak peninggalan sejarah ini lalu dilanjutkan oleh pemerintahan Suharto dengan berbagai macam program swasembada pangannya, sedangkan wilayah potensi kelautan kita ‘selalu’ dianaktirikan. Baru di masa Gus Dur lah, potensi kelautan kita mulai diperhatikan dan diupayakan secara maksimal. Gebrakan yang patut kita apresiasi dari Gus Dur adalah membentuk Kementrian Kelautan. Di titik ini, warisan Gus Dur merupakan spirit untuk lebih menjadikan bangsa ini bangsa yang besar dan makmur berlandaskan potensi utama Sumber alam lautnya, layaknya kebesaran Majapahit.

Sayangnya, program pemberdayaan dan pengembangan sumber-sumber kelautan kita saat ini masih minim. Karena wilayah kelautan telah lama ditinggalkan oleh setiap generasi kerajaan dan pemerintahan Indonesia pasca runtuhnya kerajaan Majapahit, Demak dan Kolonialisme Belanda, ditambah hegemoni pebisnis-pebisnis asing dan kapitalis-kapitalis bangsa kita sendiri merupakan penyebab agenda-agenda Kementrian Kelautan bertepuk sebelah tangan. Sehingga sepatutnya pemerintah – bila mengatas namakan rakyat – agenda program pengembangan dan pemanfaatkan sumber-sumber ekonomi kelautan baik itu berupa produk lautnya dan pelayanan jasa potensi kelautan segera diprioritaskan, demi mendukung pembambangunan dan kemakmuran bangsa. Asalkan prinsip ketegasan dan keberanian pemerintah saja merupakan alat ampuh dan efektif potensi laut dapat menjadi sumber pemasukan kas bangsa ini. Semoga...

Sabtu, 26 Juli 2014

Manfaat Sifat Jujur Dalam Bisnis Dan Kejujuran Bisnis Nabi Muhammad Saw


Kunci utama untuk menjadi seorang pebisnis fenomenal adalah kejujuran. Pondasi kejujuran akan menciptakan kelanggengan bisnis. Bukankah hal ini selalu diidam-idamkan oleh pebisnis? Tentunya bila ingin membentuk budaya ini, kejujuran merupakan harga mati yang perlu kita terapkan dalam berbisnis.

Terutama bisnis yang melibatkan jalinan kemitraan, pastinya hal mendasar yang diperlukan terletak bagaimana satu sama lainnya membangun budaya jujur. Budaya jujur ini tidak hanya tersekat dalam hubungannya pada karakter psikologis individu manusia. Tapi cakupan jujur disini mencakup wilayah pendukung strategis bisnis lainnya yang satu sama lainnya memiliki hubungan erat. Seperti jujur pada waktu, jujur pada pemanfaatan infastruktur operasional dan lainnya.

Memaknai jujur ini sangat mudah untuk diulas, tapi sulit untuk dipraktekkan, namun manfaat budaya jujur ini sangat besar bagi kehidupan. Pola komunikasi bisnis tanpa ada kejujuran hanya akan menghasilkan ketaklanggengan; bisnis hanya bersifat sementara. Namun kesepakatan jalinan berbisnis bukan seperti hal tersebut. Aspek berbisnis selalu melibatkan orang lain, yang satu sama lainnya memiliki tujuan untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Sedangkan untung itu hanya feedback semata, karena memang sedang menjalankan bisnis. Terpenting bagaimana bisnis bisa berjalan-berkelanjutan. 

Efek domino jujur ini akan menciptakan hubungan harmonis dan kekeluargaan. Hubungan yang telah menafikan rasa ragu dan tidak percaya. Sesama mitra bisnis saling menaruh kepercayaan, sehingga apapun yang terjadi baik itu positif dan negatif, satu sama lainnya sudah saling mengerti. Karena terikat oleh rasa kekeluargaan yang satu sama lainnya saling mendukung dan memberi masukan.

Dalam kaitannya dengan konsumen. Kualitas produk barang dan jasa yang dijual di pasar merupakan persyaratan utama dalam menjaring konsumen, selain tentunya sifat jujur seller sendiri dalam memasarkan produk tersebut sesuai dengan kualitasnya. Berterus terang saja bila produk tersebut tidak berkualitas. Agar nantinya bila kejujuran dalam proses bisnis ini diterapkan, konsumen tidak kecewa dan bisa menjadi pelanggan setia.


Sifat Jujur Nabi Muhammad Saw Dalam Bisnis

Konteks jujur dalam berbisnis pernah disinggung dalam sejarah peradaban manusia. Sepatutnya melalui contoh Nabi Muhammad Saw mengindikasikan bahwa praktek jujur merupakan modal non-materi utama berbisnis. Sebagaimana dikisahkan bahwa Nabi Muhammad Saw sebelum diangkat menjadi Rosul beliau sudah terkenal dengan julukan al-Amin (orang yang terpercaya), hingga sifat mulia Nabi ini menghantarkan pada sosok wanita mulia dan saudagar kaya, Siti Khodijah. Yang saat itu memberikan kepercayaan pada Nabi untuk mengemban misi dagang ke luar kota Makkah. Setiap transaksi bisnis yang Nabi lakukan ternyata memberikan hasil yang sangat menguntungkan. Melihat keuntungan bisnisnya Nabi ini membuat Siti Khodijah diliputi rasa penasaran dan takjub. Hingga menyebabkan Siti Khodijah bertanya pada salah satu anak buahnya, yang saban hari mendampingi Nabi ketika berbisnis. Melalui informasi anak buahnya itu, katanya, Nabi selalu menjual produk barang dagangannya sesuai dengan modal awal dan akan memaparkan kualitas produk dagangannya. Mendengar penuturan anak buahnya kontan segudang pertanyaan menghinggapi pikiran Siti Khodijah. Karena dalam logika bisnis: mana mungkin transaksi bisnis yang seharusnya mencari keuntungan malah produk dagangan dijual sesuai dengan modal, namun tetap memberikan keuntungan?

Itulah sosok tercinta Nabi Muhammad Saw dalam menjalankan bisnis, kejujurannya mengoyak-ngoyak batas pemahaman rasional bisnis. Dan saya pun awal mendengar kisah-kisah bisnis Nabi ini pun diliputi segudang pertanyaan, mana mungkin?

Tapi, setelah melakukan diskusi dengan berberapa teman melalui pendekatan sumber kesejarahaan dan informasi orang-orang yang cinta pada wilayah esoterik keilmuan islam. Pada dasarnya Nabi memiliki motode unik, yakni sifat jujur. Karena setiap Nabi berbisnis, produk yang Nabi jual akan dijelaskan berapa modalnya dan kualitasnya pada konsumen, sehingga membuat konsumen tahu modal dan kualitas produk yang Nabi jual. Ternyata, ini adalah metode berbisnis ampuh berlandaskan pendekatan hati, bukan rasio. Artinya dengan konsumen tahu modal produk yang dijual, secara otomatis hati kecilnya akan menciptakan kesimpulan, bahwa sosok pebisnis yang sedang dihadapinya memiliki kejujuran, yang tentunya ‘sifat jujur yang diparktekkan Nabi’ adalah barang langka dalam berbisnis, bahkan bisa saya katakan tidak ada. Lalu, menyebabkan hati konsumen akan berbodong-bondong membeli produk itu, secara otomotis hati mereka akan tergerak untuk menyisihkan keuntungan dari inisiatif hati yang paling dalam. Ikhlas membeli sebuah produk dan ikhlas memberikan untung.

Semoga menjadi bahan perenungan…

Selasa, 22 Juli 2014

Prospek Bisnis Jasa Design Interior


Pembangunan perumahan dan gedung-gedung perkantoran di Indonesia, terutama di kota-kota besar memberikan andil besar bagi pertumbuhan bisnis properti. Skala Pemetaaannya terletak adanya korelasi kuat antara kuantitas penduduk yang terus melonjak dan meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat; karena aktivitas bisnis yang menggeliat. 

Tak ayal, formula di atas merupakan biang penyebab melonjaknya permintaan akan kebutuhan rumah dan perlunya pembangunan gedung perkantoran sebagai pusat transaksi bisnis serta gedung-gedung bisnis tempat bertemunya penjual dan pembeli. Sinyalemen ini menandakan bahwa bisnis properti akan selalu menjadi sumber rujukan utama, yang pastinya akan beriringan dengan berkembangnya bisnis design interior. 

Design Interior

Aspek penting yang perlu dikaji dalam berbisnis design interior adalah bagaimana keinginan klien bisa terpenuhi, artinya keseluruhan konsep klien mampu diwujudkan dalam bentuk design gambar. Oleh sebab itu, untuk memenuhi hajat klien, teknik wawancara dan mendengarkan penjabaran klien merupakan langkah rasional yang perlu dilakukan. Yang nantinya bahasa verbal dari sang klien menjadi modal untuk mengilustrasikan bentuk gambar yang akan dibuat.

Ditunjang penggunaan media khusus design, seperti, media 3D atau media-media lainnya. Agar kehadiran design gambar yang mendukung tersebut nantinya bisa dijadikan rujukan dalam bentuk nyata. Klien seolah dibawa dalam bentuk aslinya. Dan proses ini menuntut inovasi dan kreativitas designer sendiri. 

Soal pemilihan tema dan gaya, banyak pilihan yang bisa kita sesuaikan dengan keinginan klien. Kita bisa menyodorkan corak tema tersebut. Walaupun pilihan final ada di benak klien, masukan dan ulasan tema dan gaya design baik itu yang klasik, tradisional, modern, dan lainnya merupakan upaya cerdas dan profesional dalam menjalankan bisnis design interior ini. 

Pengembangan bisnis design interior ini ternyata merambah juga pada peluang bisnis penyediaan isi keperluan perabot. Yang pada prakteknya akan selalu disesuaikan dengan spesifikasi karakter ruangan. Mahal tidaknya isi perabot tergantung permintaan dan anggaran budget sang klien. Makin bagus kualitas perabot, makin mahal juga anggran yang perlu dialokasikan oleh sang klien. 

Membludaknya Proyek

Tak ubahnya bisnis jasa lainnya, bisnis ini pun memiliki masa-masa membludaknya orderan pengerjaan proyek, biasanya terjadi di momen-momen spesial seperti lebaran, imlek, dan natal. Selain bulan-bulan itu permintaan jasa design interior bergerak fluktuatif, tergantung permintaan klien dan relasi bisnis yang telah terjalin, baik itu antara pihak pengembang properti, institusi perkantoran, dan perorangan. Maka tak heran bisnis design interior ini bisa mencapai omzet pendapatan puluhan atau ratusan juta hingga milyaran, tergantung jenis dan kondisi proyek yang dikerjakan. (diolah dari berbagi sumber)

sumber gambar: www.teropongbisnis.com