Selasa, 15 Juli 2014

Ringkasan Biografi Ciputra


Sosok Ciputra di Indonesia sudah sangat familiar, terutama untuk kalangan yang bekecimpung dalam dunia bisnis properti. Julukan sebagai raja properti tersemat sepenuhnya di pundaknya. Karena pengalaman dan kiprahnya ini, biografi hidup dan perjalanan bisnisnya selalu menjadi inspirasi yang tak henti-hentinya diulas di media cetak maupun elektronik. Tentunya selain kegetolannya menyuarakan pentingnya masyarakat Indonesia berjiwa dan bermental Entrepreneur mandiri, yang ia implementasikan dengan mendirikan Universitas Ciputra yang memfokuskan kurikulum pendidikannya pada ranah entrepreneur dan berbagai macam event pelatihan bisnis. 

Ya, ingat nama Ciputra sama halnya ingat sosok pebisnis yang sukses dan handal. Keberhasilannya di dunia bisnis, khususnya di dunia properti tidak ia bangun dengan segejap mata, tapi melalui berbagai macam proses panjang dan berliku. 

Masa-masa tinggal di kampung halaman ia lalui dengan kesulitan dan penderitaan hidup. Ciputra yang lahir pada tanggal 24 Agustus 1931 di Parigi, Sulawesi Tengah, dengan nama asli Tjie Tjin Hoan. Pada tahun 1944, di umur 12 tahun, Ayah yang ia cintai, Tjie Sim Poe, dalam penyaksian ke dua matanya ditangkap oleh serdadu yang identitasnya tak dikenal sama sekali, disebabkan tuduhan palsu sebagai spionase Belanda. Karena sang ayah memang di masa pendudukan penjajah Dai Nippon sangat anti-penjajah, yang memunculkan gelora untuk mengkonfrontir setiap aksi penjajahan Dai Nippon (Jepang). Pasca penangkapan keji ini, ayah yang merupakan tulang punggung keluarga hilang tanpa kabar berita lagi. 

Kehilangan sosok Ayah, melecut semangat dan ambisinya dalam meraih cita-cita, sifat seenaknya sendiri dan bandel yang sering ia perbuat di SD berangsur-angsur ia tinggalkan. Dan juga ditunjang berkat ketegaran dan dorongan sang ibu, Lie Eng Nio, Ciputra yang merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, dapat berhasil menamatkan jenjang pendidikan SMP dan SMA di Manado, yang sama-sama ia selesaikan di lembaga pendidikan yang bernama Frater Don Bosco. Kemudian, keinginannya menjadi seorang Arsitektur, menyebabkan ia harus hijrah meninggalkan kampung halaman menuju Bandung, Jawa Barat, kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Selama kuliah di ITB, jiwa bisnisnya sudah terlihat, dibuktikan dengan mendirikan PT Daya Cipta di tahun 1957 bersama ke dua teman kuliahnya, yaitu Ismail Sofyan dan Budi Brasali. Hasil proyek pekerjaan di perusahaan ini adalah penyelesaian proyek gedung Bank bertingkat di Aceh. Prestasi ini akan selalu diingat Ciputra, mengingat proyek ini terbilang lumayan besar pada waktu itu, walaupun kantor tempat perusahaan ia dirikan bersama ke dua temannya adalah sebuah garasi. Tapi, hal itu bukan merupakan kendala ia berprestasi dan berkreasi. 

Tahun 1960, setelah tamat dari ITB, dan telah menikah dengan Dian Sumeler yang ia kenal di SMA sewaktu di Manado. Ia ayunkan kaki pergi ke Jakarta, bergabung dengan perusahaan milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta bernama PT Pembangunan Jaya Group. Di perusahaan ini ia ditampuk menduduki jabatan Direksi hingga umur 65 tahun, berlanjut menduduki dewan penasehat. Selama menahkodai Jaya Group prestasi yang telah ia torehkan adalah proyek pembangunan Ancol. Awalnya PT Pembangunan Jaya Group hanya dimotori 5 orang dan tempat ‘ngantor’ mereka sehari-hari ‘numpang’ di kamar tempat kerja Pemerintah DKI Jakarta, namun kini perusahaan ini, setelah 20 tahun, anak perusahaannya berjumlah 20, total karyawan berjumlah 14.000 orang. 

Tidak hanya berhenti di zona ini saja, bersama kroni-kroninya, yaitu Liem Soe Liong (Sudomo Salim), Budi Brasali, Ibrahim Risjad dan Sudwikatmono, perusahaan yang bernama Metropolitan Group ia dirikan, dimana jabatannya adalah Presiden Komisaris. Bukti prestasi Metropolitan Group adalah Pondok Indah dan Kota Mandiri Bumi Serpong Damai, yang ke duanya hingga saat ini bisa kita saksikan buktinya. Lalu, bisnisnya merambah kembali dengan didirikannya Perusahaan Ciputra Group. 

Krisis ekonomi menerjang Indonesia di tahun 1997 dan 1998, berdampak pada bisnis Ciputra, perusahaan yang selama ini ia jalankan, yaitu Pembangunan Jaya Group, Metropolitan Group dan Ciputra Group harus ikut kelimpungan terkena imbas krisis ekonomi. Parahnya Bank Ciputra dan Asuransi Jiwa Ciputra Allstate dinyatakan oleh pemerintah tidak sehat dan wajib tutup. Namun, ke tiga unit perusahaan bisnis lainnya dapat bangkit lagi dan melakukan restrukturisasi utang, berkat kebijakan moneter pemerintah yang lunak dan kebijakan bank yang beberapa diantaranya memberikan diskon bunga. Pasca krisis ekonomi ini, group bisnis perusahaan Ciputra lambat tapi pasti, dapat menanjak kembali hingga melelebarkan sayap tidak hanya di dalam negeri, tapi juga hingga luar negeri. 

***

Prestasi Ciputra dalam membangun bangsa melalui kontribusinya menganjurkan rakyat Indonesia menjadi pebisnis adalah upaya nyata, bahwa seorang pebisnis merupakan jawaban riil memajukan dan meningkatkan harkat dan martabat rakyat bangsa Indonesia  dihadapan rakyat bangsa-bangsa lainnya.  

Semoga menginspirasi kita semua…  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar