Bosan
akan datang tanpa bisa kita prediksi sebelumnya, walaupun gejala ini bisa kita deteksi, tapi tetap saja bila dalam
hitungan detik rasa bosan ini menjangkit, aktivitas hidup akan berantakan.
Imbasnya predikat pemalas akan tersemat dalam diri kita. Padahal bila kita mau
kritisi ‘predikat pemalas itu’ hanya penilaian dari luar. Karena yang hanya
bisa merasakannya adalah kita, bukan dia dan mereka. Maka, tak perlu kita
menggubrisnya. Percumah saja.
Pada
dasarnya manusia itu adalah tipikel orang yang mobile dalam menggapai suatu
hal, terutama yang menyangkut tujuan utama dalam hidup. Yakni upamanya dalam
menggapai tujuan finansial berupa uang. Ya bila tujuan yang kita gapai itu
jelas memberikan keuntungan finansial yang besar, setiap orang akan dengan
sigap menggapainya. Namun, terkadang dalam praktek implementasinya manusia
sering melupakan arti suatu ‘proses’, bayangan menghasilkan uang yang berlimpah
dari konsep yang telah direncanakan dalam prakteknya justru tidak sesuai dengan
realita. Sehingga, harapan yang berbanding terbalik ini merupakan penyebab
timbulnya rasa bosan. Yang ada hanya pengharapan sebuah hasil tanpa pernah mau
meninjau kembali proses meraih hasil. Karena faktanya proses yang
berlarut-larut dan monoton dalam menggapai hasil adalah pemicu rasa bosan.
Arti Bisnis Yang Membosankan
Kita
tentunya pernah mengalami rasa bosan ketika membangun bisnis. Awal membangun
bisnis, rasa bosan adalah permasalahan klasik yang sulit kita hindari, tak
terkecuali pebisnis yang sudah mapan. Apalagi bagi pebisnis yang jam terbang
mengepakkan sayap ekspansi bisnisnya masih terbilang kecil, badai rasa bosan
adalah hal lumrah yang harus dilewati. Memang banyak faktor penyebabnya, salah
satunya, karena aktivitas bisnis kita belum menghasilkan keuntungan dan
pengaruh real bagi kehidupan. Keuntungan belum singgah ke kantong kita, atau
pelanggan, masih tak sudi memanfaatkan jasa kita. Solusinya? Kembalikan pada
akar dasar mengapa membangun bisnis yang pada hakekatnya adalah untuk diri kita
sendiri. Ya, cara efektifnya dengan kembali ke inti akar dasar melalui perenungan
perjalanan bisnis kita yang penuh batu kerikil. Bangkit dari kondisi ketika
kerikil tajam menusuk telapak kaki kita, agar nantinya tujuan bisnis yang kita
sedang bangun tidak oleng kembali, tapi harus mantap berlayar mengarungi lautan
lepas, hingga ke tempat tujuan. Simpulnya, tengok kembali kebelakang akan arti
sebuah pengorbanan dan perjuangan yang menyita waktu, menguras keuangan dan tenaga.
Ada
juga karena atmosfir aktivitas bisnis kita yang monoton kurang inovasi dan kreatifitas.
Atau dipicu juga oleh tempat bekerja yang masih terikat oleh pakem dunia kerja
yang serba kaku dan serba konvensional. Oleh sebab itu, apa salahnya settingan mode
bisnis berbeda, terpenting sesuai dengan selera dan keinginan kita, hal ini
secara psikologis akan mempengaruhi semangat diri kita untuk rasa bosan tidak
hinggap kembali.
Karyawan
Bagi
karyawan, diantaranya adalah kontinuitas lingkungan internal karyawan yang
diliputi intrik persaingan yang tidak sehat. Kekompakan tidak terbentuk antara satu
karyawan dengan karyawan lainnya, sehingga target dan tujuan perusahaan terabaikan.
Ditambah tekanan budaya saling curiga-mencurigai, saling obral gosip kejelekan
kinerja masing-masing. Bahkan rasa saling mempercayai atas kemampuan yang
dimiliki oleh masing-masing karyawan dan bos tidak sama sekali terjalin dengan
baik. Produktivitas kinerja tekebiri; terlalu sibuk dan fokus bukan pada target
perusahaan. Hal ini merupakan alamat karyawan akan merasa bosan bekerja,
sehingga kata ‘resign’ pilihan akhir untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Kesimpulan
Penyebab
utama dalam berbisnis, sehingga rasa bosan menerjang adalah bisnis yang kita
jalankan hanya berjalan monoton tanpa hasil konkrit; laba tak kunjung-kunjung
datang dengan segera. Sedangkan bagi seorang karyawan adalah kontinuitas atmosfir
perusahaan yang tidak ada energi kreatif, yang ada hanya konflik sesama
karyawan, atau karena pendapatan yang tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup dan
keluarga, sehingga bila ada perusahaan yang menjamin penghasilan yang lebih
baik, apa salahnya mereka akan berpindah ke lain hati, karena esok adalah esok,
hari ini adalah saat ini, yang diperlukan pemenuhan kebutuhan hidup diri
pribadi yang terus berjalan tanpa pernah mau menunggu memperturut tuntutan
loyalitas keinginan orang lain...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar