Kepemilikan sepedah motor
dan mobil di Indonesia selalu menunjukan pelonjakan yang fantastik, ditambah
dengan semakin gencarnya produksi sepadah motor dan mobil yang notabennya
adalah produk import dari luar, dengan berbagai macam brand baru yang semakin inovatif.
Walaupun, secara kemandirian sebagai suatu bangsa yang populasi penduduknya
besar di dunia hal itu merupakan fakta miris yang patut kita renungkan. Kita
hanya sebagai pangsa pasar produsen saja. Kita hanya objek potensial budaya
konsumtif. Lain halnya, bila bangsa ini mampu menciptakan budaya kreatif dan
inovatif sebagai produsen yang mampu bersaing. Bangsa ini pastinya memiliki
daya saing sebagai bangsa yang pencipta suatu produk tertentu.
Fakta antrian produk-produk otomotif baru yang release tiap tahunnya yang semakin diminati oleh rakyat ini, bila jeli ternyata menyimpan potensi bisnis jasa, di antaranya bisnis jasa bengkel dan bisnis jasa cuci sepedah motor dan mobil. Hampir merata di seluruh wilayah Indonesia, jasa cucian motor dan mobil mudah kita temukan. Dengan tarif yang bervariatif jasa cucian ini selalu menjadi alternatif bila motor dan mobil kotor. Tapi, bukan hanya motif kendaraan kotor saja, alasan malas membersihkan motor agar terlihat enak dipandang agaknya merupakan alasan logis yang sering mereka katakan, utamanya mereka yang tinggal di kota besar dengan aktivitas yang super sibuk, atau memang untuk perawatan kondisi kendaraan, agar tidak karatan dan rusak.
Nah, bila anda memiliki
minat untuk berbisnis cucian motor ini ada kriteria yang pada dasarnya adalah
hal wajib yang harus dilakukan sebagaimana pelaku bisnis pada umumnya. Di
antara kriteria tersebut adalah perlengkapan mencuci berkualitas, lokasi tempat
yang strategis; mudah dijangkau dan terlihat banyak orang lalu-lalang melintasi
jalan, keramahan karyawan dalam pelayanan, kenyamanan tempat, dan yang
terpenting tarif mencuci sebanding dengan kepuasan konsumen.
Di tempat saya tinggal
saat ini saja, di Jakarta Timur. Tarif mencuci motor berkisar Rp. 10.000, dan mobil
berkisar Rp. 20.000, inilah tarif standar konsumen pada umumnya, tapi ada juga
tarif khusus yang bilangan nominalnya lebih, tergantung kualitas alat dan
perangkat yang digunakan dalam mencuci, misalnya jenis sabun yang digunakan, atau layanan kebersihannya.
Tarif per-motor dan per-mobil
tersebut bila kita kalkulasikan dengan kuantitas motor yang masuk, pastinya
juataan rupiah bisa kita kantongi, bahkan lebih tergantung pelanggan sreg
menggunakan jasa pencucian yang anda kelola. Makin banyak konsumen, makin
banyak anda memperoleh rupiah. Dan biasanya yang selalu menjadi catatan adalah
masalah kebersihan cucian, dimana besar kecilnya tarif cucian terkadang tidak
konsumen permasalahkan; yang menjadi unsur utama adalah kebersihan hasil
cucian. Oleh sebab itu, kebersihan cucian sealur dengan peralatan dan perangkat
mencuci yang berkualitas dan kinerja personal kayawan. Sehingga, jangan sampai
peralatan yang berkulitas tidak dimbangi dengan kinerja karyawannya yang
berkualitas. Hal ini akan menjadi penilaian berkualitas atau tidaknya bisnis
jasa pencucian motor dan mobil anda tersebut. Maka, istilah dokrin kepuasan
pelanggan adalah kesuksesan suatu bisnis harus tertanam kuat menjadi suatu
budaya.
Soal penghasilan karyawan
yang anda rekrut, anda bisa melakukan perjanjian pemberian upah kerja dengan
cara sharing atau bagi hasil. Sehingga, berapa jumlah kendaraan yang masuk
menentukan penghasilan karyawan, makin banyak kendaraan yang menggunakan jasa
pencucian anda, makin banyak pula penghasilan karyawan terima. Maka, saya
usulkan jangan menggunakan sistem gaji, karena hanya menjadikan karyawan malas
dan layaknya robot. Karyawan tidak memiliki tuntutan dan tanggung jawab
terhadap keseluruhan bisnis yang anda kelola. Maju tidaknya bisnis tidak selalu
harus menjadi tanggung jawab pemiliki bisnis, tapi karyawan juga. Dalam
perjalanan bisnis, salah satu antara karyawan dan pemilik bisa saling support
dan dukung. Setiap langkah keberhasilan dan kegagalan bisnis dapat saling
perhatikan. Misalnya, kok jumlah kendaraan yang masuk berkurang, disinilah
pemilik dan karyawan saling mengoreksi; oh ternyata pemilik kurang
memperhatikan kualitas peralatannya, atau malah karyawannya malas, dan tak
perduli kebersihan hasil cucian. Dengan adanya sistem sharing penghasilan ini,
setiap aktivitas penuh tuntutan bisnis, keseriusan dan evaluasi yang membangun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar