Berdasarakan hasil sensus tahun 2010,
sekitar 87,18 % dari 237.641.326 jumlah total penduduk Indonesia adalah
penganut islam. Prosentase ini masih belum diklasifikasi berdasarkan
aliran-aliran islam yang berkembang yang satu sama lain memiliki perbedaan; pada
dasarnya perbedaan tiap-tiap aliran di Indonesia itu tidak menyentuh ruang
substansial ajaran islam sendiri, arahnya terletak pada pemahaman dan
penafsiran hal-hal yang sifatnya furu/cabang, biasanya menyangkut laku fiqih.
Upamanya dalam hal ziarah, berkunjung ke tempat-tempat karomah kuburan para ulama atau wali Allah Swt. Masalah ziarah ini selalu menjadi ikhtilaf (perbedaan) antara boleh tidaknya berziarah ke makam-makam wali yang telah meninggal tersebut.
Upamanya dalam hal ziarah, berkunjung ke tempat-tempat karomah kuburan para ulama atau wali Allah Swt. Masalah ziarah ini selalu menjadi ikhtilaf (perbedaan) antara boleh tidaknya berziarah ke makam-makam wali yang telah meninggal tersebut.
Bagi kalangan yang anti ziarah,
praktek ziarah adalah kemusyrikan dan sesat; dapat menghancurkan keimanan, bila
tujuan ziarah yang dilakukan meminta kepada sang mayyit; karena mereka sudah
mati yang tidak lagi memiliki hubungan lagi dengan manusia di alam dunia, yang
seharusnyalah meminta kepada Allah Swt. Dan
mereka mengklaim masih banyak kalangan umat islam di Indonesia melakukan
praktek seperti ini: meminta. Walaupun, memang dalam salah satu sumber utama
ajaran islam, yaitu hadits Nabi Muhammad Saw bahwa umat islam wajib mendoakan
orang-orang yang telah meninggal, tapi kilah mereka: berdoa bisa saja dilakukan
di rumah atau di tempat yang pantas lainnya, tanpa perlu mengunjungi kuburan
mereka, karena kesyirikan sangat dekat dengan pengkultusan terkabulnya hajjat
hidup pada diri si mayyit dengan praktek seperti itu.
Melihat hal ini, apa yang sebagian
umat islam, yang anti ziarah ke makam merupakan katakanlah satu sisi adalah
kehati-hatian kepada kesyirikan, karena masih banyak para jamaah ziarah mengkaitkan
harapan hidup pada sang mayyit, tentunya hal ini salah. Tapi, bukan berarti
kita tidak boleh atau perlu berziarah mengunjungi makam mereka. Saya rasa
perlu. Terutama bagi yang memilki landasan keimanan dan keilmuan yang matang
dan kuat tentang berziarah ke makam. Bagi yang belum memiliki landasan iman dan ilmu
yang baik, alangkah baiknya, saran wajib saya, didampingi seorang pembimbing
yang berilmu. Agar mereka tidak salah tujuan.
Bagi saya sendiri, tujuan ziarah ke
makam para wali dan ulama, selain mendoakan mereka, mencari keberkahan atas
napak tilas perjalanan dakwah selama mereka hidup, serta napak tilas sejarah
perjuangan dalam membimbing umat dan pengorbanan mereka pada umat adalah
pelajaran berharga yang patut kita contoh dan tiru. Bahkan, ada juga yang
meyakini pada hakekatnya ke makam para ulama dan aulia sama halnya kita bertamu
di dunia ini. Dan mereka masih hidup, namun di alam yang berbeda. Sehingga,
ketika bertamu hubungan silaturahmi ruhaniah akan terjaga, dan tentunya bertamu
yang terbaik selain kepada orang tua kita, sanak famili, sohabat, teman dan
pastinya bertamu kepada orang-orang yang ‘alim. Bukan meminta kepada mereka/sang mayyit,
karena hakikat harapan, tujuan dan langkah hidup kita hanya kepada Allah Swt; Sawiji
Onone...
Perbedaan seperti ini seharusnya kita
fahami secara bijak dengan kacamata keilmuan. Bukan malah menjadi perpecahan
internal umat islam. Yang tidak ziarah, ya silahkan, yang ziarah, ya silahkan.
Terpenting bagi ahlul ziarah fahami dahulu ilmunya agar tidak salah tujuan.
Peluang Bisnis
Fenomena ini dilihat dari sudut
ekonomi, memberikan peluang besar mendulang finansial. Ini adalah peluang
bisnis event tour prospek dan potensial. Dengan memfasilitasi jamaah-jamaah
ahlul ziarah, agar tenang dan nyaman selama ziarah, pastinya mereka perlu dan
butuh team atau agent yang mengorganize perjalanan dan kegiatan ziarah. Agar ibadah ziarah dapat berjalan dengan
khusuk dan lancar.
Oleh sebab itu, agent-agent travel harus
menyertakan produk tour yang mereka jual mencakup tour ziarah ke makam ulama
atau aulia. Walapun event tour ziarah ini adalah musiman. Tapi, bila propek
meningkatkan omzet keuntungan bisnis jasa tour & travel anda, apa salahnya!
Pilihan semisal, saya yang tinggal di
Jakarta, pulau jawa ini, kesohoran dan daya tarik ziarah wali songo masih pilihan
utama, namun tidak menutup umat islam di Jakarta berziarah ke makam-makam para
wali dan ulama di Jakarta. Dan orang-oarang Jakarta asli, Betawi dan pendatang
dari luar Jakarta masih suka juga berziarah ke makam para wali dan ulama yang
tersebar di Jakarta tersebut. Biasanya frekwensi ziarah banyak-banyaknya di
bulan Maulud dan Sya’ban, dengan kuantitas pengunjung terbanyak adalah kalangan
jama’ah majelis ta’lim, masjid, institusi pendidikan islam dll.
Adapun tempat ziarah masyhur di
Jakarta, yaitu:
Habib Husain bin Abu Bakar Al-Aydrus (Makam Luar Batang); Al-Imam Al-‘Arif Billah Al-Habib Hasan bin Muhammad Al-Hadad (Makam Kramat Koja); Habib Muhammad bin Umar Al-Qudsi, Habib Ali bin Abdurrahman Ba’alwi, dan Habib Abdurrahman bin Alwi Asy-Syathri (Makam Kramat Kampung Bandan); Habib Ali bin Abdurrahman bin Abdullah Al-Habsyi (Makam Habib Ali Kwitang); Makam Pangeran Jayakarta; Habib Zain Bin Abdullah Al-Aydrus, Habib Salim bin Jindan, Habib Ali bin Husein Alatas, Habib Umar bin Hud Alatas, dll (Makam Al-Hawi Condet); Habib Ahmad bin Alwi Al-Hadad (Habib Kuncung Kalibata).
Habib Husain bin Abu Bakar Al-Aydrus (Makam Luar Batang); Al-Imam Al-‘Arif Billah Al-Habib Hasan bin Muhammad Al-Hadad (Makam Kramat Koja); Habib Muhammad bin Umar Al-Qudsi, Habib Ali bin Abdurrahman Ba’alwi, dan Habib Abdurrahman bin Alwi Asy-Syathri (Makam Kramat Kampung Bandan); Habib Ali bin Abdurrahman bin Abdullah Al-Habsyi (Makam Habib Ali Kwitang); Makam Pangeran Jayakarta; Habib Zain Bin Abdullah Al-Aydrus, Habib Salim bin Jindan, Habib Ali bin Husein Alatas, Habib Umar bin Hud Alatas, dll (Makam Al-Hawi Condet); Habib Ahmad bin Alwi Al-Hadad (Habib Kuncung Kalibata).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar