Kamis, 03 April 2014

Event Tour Ziarah Makam Wali-Wali Jakarta


Berdasarakan hasil sensus tahun 2010, sekitar 87,18 % dari 237.641.326 jumlah total penduduk Indonesia adalah penganut islam. Prosentase ini masih belum diklasifikasi berdasarkan aliran-aliran islam yang berkembang yang satu sama lain memiliki perbedaan; pada dasarnya perbedaan tiap-tiap aliran di Indonesia itu tidak menyentuh ruang substansial ajaran islam sendiri, arahnya terletak pada pemahaman dan penafsiran hal-hal yang sifatnya furu/cabang, biasanya menyangkut laku fiqih.

Upamanya dalam hal ziarah, berkunjung ke tempat-tempat karomah kuburan para ulama atau wali Allah Swt. Masalah ziarah ini selalu menjadi ikhtilaf (perbedaan) antara boleh tidaknya berziarah ke makam-makam wali yang telah meninggal tersebut. 

Bagi kalangan yang anti ziarah, praktek ziarah adalah kemusyrikan dan sesat; dapat menghancurkan keimanan, bila tujuan ziarah yang dilakukan meminta kepada sang mayyit; karena mereka sudah mati yang tidak lagi memiliki hubungan lagi dengan manusia di alam dunia, yang seharusnyalah meminta kepada Allah Swt.  Dan mereka mengklaim masih banyak kalangan umat islam di Indonesia melakukan praktek seperti ini: meminta. Walaupun, memang dalam salah satu sumber utama ajaran islam, yaitu hadits Nabi Muhammad Saw bahwa umat islam wajib mendoakan orang-orang yang telah meninggal, tapi kilah mereka: berdoa bisa saja dilakukan di rumah atau di tempat yang pantas lainnya, tanpa perlu mengunjungi kuburan mereka, karena kesyirikan sangat dekat dengan pengkultusan terkabulnya hajjat hidup pada diri si mayyit dengan praktek seperti itu.

Melihat hal ini, apa yang sebagian umat islam, yang anti ziarah ke makam merupakan katakanlah satu sisi adalah kehati-hatian kepada kesyirikan, karena masih banyak para jamaah ziarah mengkaitkan harapan hidup pada sang mayyit, tentunya hal ini salah. Tapi, bukan berarti kita tidak boleh atau perlu berziarah mengunjungi makam mereka. Saya rasa perlu. Terutama bagi yang memilki landasan keimanan dan keilmuan yang matang dan kuat tentang berziarah ke makam. Bagi  yang belum memiliki landasan iman dan ilmu yang baik, alangkah baiknya, saran wajib saya, didampingi seorang pembimbing yang berilmu. Agar mereka tidak salah tujuan. 

Bagi saya sendiri, tujuan ziarah ke makam para wali dan ulama, selain mendoakan mereka, mencari keberkahan atas napak tilas perjalanan dakwah selama mereka hidup, serta napak tilas sejarah perjuangan dalam membimbing umat dan pengorbanan mereka pada umat adalah pelajaran berharga yang patut kita contoh dan tiru. Bahkan, ada juga yang meyakini pada hakekatnya ke makam para ulama dan aulia sama halnya kita bertamu di dunia ini. Dan mereka masih hidup, namun di alam yang berbeda. Sehingga, ketika bertamu hubungan silaturahmi ruhaniah akan terjaga, dan tentunya bertamu yang terbaik selain kepada orang tua kita, sanak famili, sohabat, teman dan pastinya bertamu kepada orang-orang yang ‘alim.  Bukan meminta kepada mereka/sang mayyit, karena hakikat harapan, tujuan dan langkah hidup kita hanya kepada Allah Swt; Sawiji Onone...

Perbedaan seperti ini seharusnya kita fahami secara bijak dengan kacamata keilmuan. Bukan malah menjadi perpecahan internal umat islam. Yang tidak ziarah, ya silahkan, yang ziarah, ya silahkan. Terpenting bagi ahlul ziarah fahami dahulu ilmunya agar tidak salah tujuan.

Peluang Bisnis 

Fenomena ini dilihat dari sudut ekonomi, memberikan peluang besar mendulang finansial. Ini adalah peluang bisnis event tour prospek dan potensial. Dengan memfasilitasi jamaah-jamaah ahlul ziarah, agar tenang dan nyaman selama ziarah, pastinya mereka perlu dan butuh team atau agent yang mengorganize perjalanan dan kegiatan ziarah.  Agar ibadah ziarah dapat berjalan dengan khusuk dan lancar.

Oleh sebab itu, agent-agent travel harus menyertakan produk tour yang mereka jual mencakup tour ziarah ke makam ulama atau aulia. Walapun event tour ziarah ini adalah musiman. Tapi, bila propek meningkatkan omzet keuntungan bisnis jasa tour & travel anda, apa salahnya!

Pilihan semisal, saya yang tinggal di Jakarta, pulau jawa ini, kesohoran dan daya tarik ziarah wali songo masih pilihan utama, namun tidak menutup umat islam di Jakarta berziarah ke makam-makam para wali dan ulama di Jakarta. Dan orang-oarang Jakarta asli, Betawi dan pendatang dari luar Jakarta masih suka juga berziarah ke makam para wali dan ulama yang tersebar di Jakarta tersebut. Biasanya frekwensi ziarah banyak-banyaknya di bulan Maulud dan Sya’ban, dengan kuantitas pengunjung terbanyak adalah kalangan jama’ah majelis ta’lim, masjid, institusi pendidikan islam dll.

Adapun tempat ziarah masyhur di Jakarta, yaitu:

Habib Husain bin Abu Bakar Al-Aydrus (Makam Luar Batang); Al-Imam Al-‘Arif Billah Al-Habib Hasan bin Muhammad Al-Hadad (Makam Kramat Koja); Habib Muhammad bin Umar Al-Qudsi, Habib Ali bin Abdurrahman Ba’alwi, dan Habib Abdurrahman bin Alwi Asy-Syathri (Makam Kramat Kampung Bandan); Habib Ali bin Abdurrahman bin Abdullah Al-Habsyi (Makam Habib Ali Kwitang); Makam Pangeran Jayakarta; Habib Zain Bin Abdullah Al-Aydrus, Habib Salim bin Jindan, Habib Ali bin Husein Alatas, Habib Umar bin Hud Alatas, dll (Makam Al-Hawi Condet); Habib Ahmad bin Alwi Al-Hadad (Habib Kuncung Kalibata).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar