Pernahkah anda mengalami
kesulitan memahami materi pelajaran ketika
dulu masa-masa mengenyam bangku sekolah. Atau menyaksikan saudara, teman dan
anak anda mengalami kesulitan serupa. Kemudian demi hal itu mendaftarkan diri
mengikuti les di lembaga kursus yang berdiri sekitar sekolah? Ya, demi
mengatasi kesulitan itu tanpa memperdulikan biaya yang harus dikeluarkan
asalkan kesulitan dapat teratasi dengan segera, memberikan kepuasan batin yang tiada-tara.
Lebih-lebih bila kursus yang anda ikuti bisa mendongkrak kemampuan dan
pemahaman di sekolah dibanding dengan teman-teman lainnya, maupun guru yang
mengajar di sekolah.
Fakta ini adalah kenyataan
yang sering dialami siswa sekolah. Artinya, proses kegiatan belajar-mengajar
menandakan kurang bisa dirasakan dan diterima oleh mereka. Memang banyak faktor
yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan memahami suatu materi pelajaran
tertentu, namun faktor dasarnya terletak pada kurangnya kreatif-efektif sang guru
menyampaikan materi pelajaran, ditambah kondisi waktu dan jumlah siswa, semisal
di sekolah umum, satu kelas bisa diisi 40 siswa dengan durasi waktu beberapa
jam saja dalam beberapa kali pertemuan dalam seminggu, ketentuan itulah menjadi
faktor penyebab guru hanya dalam batas transfer ilmu saja, tanpa pernah
memantau dan perduli sejauh mana siswa bisa menyerap ilmu tersebut. Walaupun,
dalih ulangan/ujian sekolah adalah indikator untuk mengetahui sejauh mana siswa
mengerti atau memahami suatu materi pelajaran, namun kenyataannya indikator ini
kurang begitu efektif dalam penerapannya. Harusnya guru bisa menyaksikan
langsung kemampuan mereka tersebut, sehingga masalah kesulitan siswa dalam
memahami suatu materi pelajaran bisa segera teratasi. Bukan malah faktor
klasik, yakni pinter tidaknya siswa. Bukan! Karena pada hakikatnya otak
manusia menyenangi hal yang baru. Artinya, manusia itu dalam proses belajar-mengajar
selalu menyenangi pembelajaran yang fresh-kreatif, tidak monoton, atau bahkan
walaupun materi yang dipelajari bukan hal baru/lama, tapi karena guru yang
menyampaikan mengemasnya dengan hal baru, pasti siswa akan tertarik untuk
mempelajari dan memahaminya. Tinggal kemauan siswa sendiri atau lingkungan yang
menstimulus siswa menyukai suatu mata pelajaran tertentu, yang di antaranya
guru memerankan peran ini. Namun, bila guru gagal memerankannya, kegiatan
belajar-mengajar yang menyenangkan hanya tinggal angan-angan dan harapan
belaka.
Sehingga, faktor di
ataslah penyebab bermunculannya lembaga-lembaga kurusan. Dengan pengelolaan
yang kreatif dan efektif lembaga-lembaga kursus berlomba-lomba menampung siswa,
menawarkan berbagai konsep yang menarik dan menyenangkan. Mulai dari materi
pembalajaran, pengelolaan siswa, dan sistem pembelajarannya. Intinya, bagaimana
siswa senang, mudah mencerna materi yang diajarkan, menumbuhkan kreatifitas
diri, dan kemudahan siswa dalam berinteraksi ketika mereka menanyakan kesulitan
materi pelajaran di sekolah.
Lembaga-lembaga kursusan
itu mengajak siswa lebih aktif dan mandiri sesuai dengan hakikat otak manusia
yang menyenangi hal-hal yang baru, apapun itu bila hal baru pastinya
menyenangkan dan siswa akan ngotot mempelajarinya hingga faham atau mengerti.
Namun, kecenderungan
lembaga-lembaga kursusan itulah yang harus ditumbuh kembangkan, bila
menghendaki kualitas sebuah kursusan. Sebanding dengan konsekuensi logis dari
biaya yang dikeluarkan siswa.
Ladang bisnis jasa di
bidang pendidikan ini adalah tulisan pencerahan sederhana saya, yang semoga membuka
pikiran dan hati untuk membangun lembaga kursusan. Tentunya, lembaga kursusan
yang berkulitas. Tinggal bercermin mampukah memenuhi persyaratan tersebut? Semakin
berkulitas kursusan berbanding lurus dengan income yang diperoleh.
Subject-subject yang
selalu menjadi momok-kronis siswa pada umumnya di sekolah umum, sehingga
peluang eksistensi lembaga kursusan diminati, yaitu Matematika , Fisika , Kimia , Bahasa
(Inggris, Jepang, Mandarin), Komputer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar