Sabtu, 01 Maret 2014

Income Dari Mendirikan Kursusan

Pernahkah anda mengalami kesulitan memahami materi pelajaran ketika dulu masa-masa mengenyam bangku sekolah. Atau menyaksikan saudara, teman dan anak anda mengalami kesulitan serupa. Kemudian demi hal itu mendaftarkan diri mengikuti les di lembaga kursus yang berdiri sekitar sekolah? Ya, demi mengatasi kesulitan itu tanpa memperdulikan biaya yang harus dikeluarkan asalkan kesulitan dapat teratasi dengan segera, memberikan kepuasan batin yang tiada-tara. Lebih-lebih bila kursus yang anda ikuti bisa mendongkrak kemampuan dan pemahaman di sekolah dibanding dengan teman-teman lainnya, maupun guru yang mengajar di sekolah.

Fakta ini adalah kenyataan yang sering dialami siswa sekolah. Artinya, proses kegiatan belajar-mengajar menandakan kurang bisa dirasakan dan diterima oleh mereka. Memang banyak faktor yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan memahami suatu materi pelajaran tertentu, namun faktor dasarnya terletak pada kurangnya kreatif-efektif sang guru menyampaikan materi pelajaran, ditambah kondisi waktu dan jumlah siswa, semisal di sekolah umum, satu kelas bisa diisi 40 siswa dengan durasi waktu beberapa jam saja dalam beberapa kali pertemuan dalam seminggu, ketentuan itulah menjadi faktor penyebab guru hanya dalam batas transfer ilmu saja, tanpa pernah memantau dan perduli sejauh mana siswa bisa menyerap ilmu tersebut. Walaupun, dalih ulangan/ujian sekolah adalah indikator untuk mengetahui sejauh mana siswa mengerti atau memahami suatu materi pelajaran, namun kenyataannya indikator ini kurang begitu efektif dalam penerapannya. Harusnya guru bisa menyaksikan langsung kemampuan mereka tersebut, sehingga masalah kesulitan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran bisa segera teratasi. Bukan malah faktor klasik, yakni pinter tidaknya siswa. Bukan! Karena pada hakikatnya otak manusia menyenangi hal yang baru. Artinya, manusia itu dalam proses belajar-mengajar selalu menyenangi pembelajaran yang fresh-kreatif, tidak monoton, atau bahkan walaupun materi yang dipelajari bukan hal baru/lama, tapi karena guru yang menyampaikan mengemasnya dengan hal baru, pasti siswa akan tertarik untuk mempelajari dan memahaminya. Tinggal kemauan siswa sendiri atau lingkungan yang menstimulus siswa menyukai suatu mata pelajaran tertentu, yang di antaranya guru memerankan peran ini. Namun, bila guru gagal memerankannya, kegiatan belajar-mengajar yang menyenangkan hanya tinggal angan-angan dan harapan belaka.

Sehingga, faktor di ataslah penyebab bermunculannya lembaga-lembaga kurusan. Dengan pengelolaan yang kreatif dan efektif lembaga-lembaga kursus berlomba-lomba menampung siswa, menawarkan berbagai konsep yang menarik dan menyenangkan. Mulai dari materi pembalajaran, pengelolaan siswa, dan sistem pembelajarannya. Intinya, bagaimana siswa senang, mudah mencerna materi yang diajarkan, menumbuhkan kreatifitas diri, dan kemudahan siswa dalam berinteraksi ketika mereka menanyakan kesulitan materi pelajaran di sekolah.

Lembaga-lembaga kursusan itu mengajak siswa lebih aktif dan mandiri sesuai dengan hakikat otak manusia yang menyenangi hal-hal yang baru, apapun itu bila hal baru pastinya menyenangkan dan siswa akan ngotot mempelajarinya hingga faham atau mengerti.

Namun, kecenderungan lembaga-lembaga kursusan itulah yang harus ditumbuh kembangkan, bila menghendaki kualitas sebuah kursusan. Sebanding dengan konsekuensi logis dari biaya yang dikeluarkan siswa.

Ladang bisnis jasa di bidang pendidikan ini adalah tulisan pencerahan sederhana saya, yang semoga membuka pikiran dan hati untuk membangun lembaga kursusan. Tentunya, lembaga kursusan yang berkulitas. Tinggal bercermin mampukah memenuhi persyaratan tersebut? Semakin berkulitas kursusan berbanding lurus dengan income yang diperoleh.

Subject-subject yang selalu menjadi momok-kronis siswa pada umumnya di sekolah umum, sehingga peluang eksistensi lembaga kursusan diminati, yaitu Matematika, Fisika, Kimia, Bahasa (Inggris, Jepang, Mandarin), Komputer.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar