Jika anda penikmat kuliner makanan dan ingin membangun bisnis ketering, anda akan dibawa
ke sebuah keragaman resep masakan yang memilki cita rasa yang menimbulkan
kenikmatan tersendiri; kenikmatan yang bisa menimbulkan pengertian akan sebuah paduan
tekstur makanan dan resep masakan khas orisinil tiada duanya. Sehingga, dengan
bangganya anda akan berkata: “Cita rasa masakan makanan ini, uenaknya poool
banget...”
Makanan dan Jati Diri Bangsa
Makanan dan Jati Diri Bangsa
Keragaman makanan masyarakat tiap-tipa daerah ini adalah bukti nyata
kekayaan bangsa ini selain kaya dengan adat-istiadat, agama, bahasa dan lainnya.
Oleh sebab itu, seharusnya kita merasa bangga, bukan malah silau dengan masakan
import dari luar. Yang pada hakikatnya produk luar tersebut melakukan
penyusupan, dan menyimpan agenda penjajahan dalam versi makanan balutan
aktivitas ekonomi. Gilanya! rakyat bangsa ini tak sadar, terhipnotis, lebih mengedepankan
prestise bahwa produk makanan luar lebih unggul dibandingkan produk sendiri. Walaupun
atas nama ekonomi yang mengedepankan kompetisi individu. Tapi, bila aktivitas
kompetitif ekonomi itu lebih memberikan kelonggaran pada pedagang luar,
dibanding pedagang sendiri yang terus-menerus akses mereka dikebiri dan ditekan.
Tunggu saja dari aktivitas ekonomi sepele ini: makanan. Bangsa ini akan hancur
hilang jati dirinya sebagai bangsa yang besar, dan perpecahan tinggal menunggu
waktunya saja. Karena rakyatnya sudah hilang jati dirinya akan produk
makanannya sendiri.
Bukan malah membeli dan menyantap masakan buah tangan orang-orang di negeri
sendiri, tapi malah gandrung makanan import.
Lintas Keragaman Bertemu Membentuk Cita Rasa Lain
Interaksi keragaman kuliner makanan bertemu dikala mereka merantau ke
daerah lain. Biasanya terpusat di perkotaan-perkotaan besar dengan aktivitas
industrinya. Sehingga, tak jarang demi memenuhi kekangenan mereka pada masakan
daerahnya masing-masing, segera bagi yang memiilki kemampuan memasak, keinginan
itu terealisasi yang penekanan pasarnya demi memenuhi hasrat alamiah bawaan
sohib-sohib satu daerah. Tapi, karena aktivitas hidup di kota yang serba cepat
dan pergaulan hidup yang beragam, bahkan karena pendapatan berbeda. Hasrat alamiah
akan sebuah masakan makanan yang tetanam di daerahnya masing-masing itu harus
melebur-nyatu dengan masakan makanan daerah lainnya. Sehingga, penggabungan atau
penyatuan cita rasa yang berbeda-beda dari daerah-daerah yang berbeda
menciptakan cita rasa masakan makanan unik dan baru. Yang seluruh orang dapat
secara universal menyantapnya. Dalam hal ini, biasanya mereka yang berpenghasilan
rendah, hasrat cita rasa akan masakan makanan daerah sendiri tidak
dihiraukannya lagi, tak perlu harus selalu dihidangkan, yang penting bagaimana
makan. Kenyang. Cukup. Namun, berbeda dengan mereka yang secara penghasilan telah
mapan dan tercukupi semuanya, hidangan masakan makanan daerahnya sendiri wajib
ada, tanpa boleh terlewatkan seharipun. Bila terlewat, bisa menjadi sebab uring-uringan,
dan tak berhasrat menyantap makanan. Ada juga yang tak acuh lagi akan cita rasa
makanan daerahnya lagi, bukan karena hasratnya telah luntur atau hilang. Hasrat
alamiah ini tetap ada mengendap, tapi faktor pergaulan lingkungan perkotaan
yang melenyapkan hasrat tersebut. Yang penting bersih kemasan penyajiannya dan
memberikan asupan gizi, apapun itu jenis masakannya. Kenyataan inilah ruang
interaksi lintas cita rasa makanan bertemu, menyatu dan menciptakan kreasi cita
rasa baru, di tempat dan kondisi yang baru masyarakat urban. Selera cita rasa
baru ini menyebar dan membentuk pelanggan-pelanggan tertentu.
Munculnya Jasa Ketering
Karena kehidupan masyarakat urban yang beragam dan tuntutan aktivitas
industrialisasi. Budaya instan dan cepat tumbuh membentuk budaya-kota. Waktu adalah
uang merupakan dasar yang menjadi pegangan, sehingga keinginan untuk
berleha-leha dalam mengejar keuntungan finansial tidak boleh ditunda-tunda. Bisa
rugi dan kalah saing dari kompetitor lainnya. Maka, untuk memenuhi asupan makanan
masyarakat kota, terutama pekerja di sektor industri jasa ketering selalu
menjadi andalan. Hal ini untuk meminilisir waktu dan memperpendek jarak. Efisiensi dan keseragaman pun menjadi alasan ketering
wajib dibutuhkan.
Dengan jumlah pekerja ribuan sangat menyita waktu dan jarak bila mereka membeli
makanan di warung, dan pastinya kesemrawutan terlihat jelas. Makanya mereka
dikondisikan dalam suatu tempat ruang makan tertentu yang bisa menampung
seluruh pekerja. Jadi, keseragaman makan, waktu dan jarak bisa di-manage
kondisinya. Kesusahan dan kendala pekerja tidak terbebani lagi cuma gara-gara
makan, karena tugas pekerja bekerja untuk perusahaan dan memberikan untung. Soal
makan biar perusahaan yang mengaturnya. Ya, cepat, instan dan efisien. Biasanya
bentuk keteringnya bisa nasi box atapun parasmana. Sama halnya ketika hajatan
apapun bentuknya, agar tidak ribet dan merepotkan sanak familiki, ketering
adalah solusi. Hal ini biasanya terjadi di masyarakat perkotaan, lain halnya
dengan masyarakat pedesaan yang masih menjunjung tinggi budaya gotong-royong
dalam memasak ketika hajatan.
Soal cita-rasa masakan makanan di pabrik terpenting bergizi dan bersih
dalam mengemas sajian makanannya. Tak perlu dari asal daerah mana cita-rasa
masakannya. Disinilah bibit-bibit campuran cita rasa masakan makanan menyatu,
karena tuntunan menagemen dan karyawan menghendaki keragaman variasi masakan
tiap penyajiannya, agar karyawan tidak bosan. Dan di momen hajatan pun tak jauh
berbeda, terpenting bersih dan bergizi dengan beragam jenis aneka masakan
makanan, menyesuaikan beragamnya tamu yang datang.
Faktor inilah bisnis katering sangat diminati masyarakat perkotaan. Kota selalu
menghendaki cepat, instan dan efisien. Untuk menjawab fenomena ini, ketering
adalah jawabannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar