Kunci utama untuk menjadi seorang
pebisnis fenomenal adalah kejujuran. Pondasi kejujuran akan menciptakan
kelanggengan bisnis. Bukankah hal ini selalu diidam-idamkan oleh pebisnis? Tentunya bila ingin membentuk budaya ini,
kejujuran merupakan harga mati yang perlu kita terapkan dalam berbisnis.
Terutama bisnis yang melibatkan
jalinan kemitraan, pastinya hal mendasar yang diperlukan terletak bagaimana
satu sama lainnya membangun budaya jujur. Budaya jujur ini tidak hanya tersekat
dalam hubungannya pada karakter psikologis individu manusia. Tapi cakupan jujur
disini mencakup wilayah pendukung strategis bisnis lainnya yang satu sama lainnya
memiliki hubungan erat. Seperti jujur pada waktu, jujur pada pemanfaatan
infastruktur operasional dan lainnya.
Memaknai jujur ini sangat mudah untuk
diulas, tapi sulit untuk dipraktekkan, namun manfaat budaya jujur ini sangat besar
bagi kehidupan. Pola komunikasi bisnis tanpa ada kejujuran hanya akan
menghasilkan ketaklanggengan; bisnis hanya bersifat sementara. Namun
kesepakatan jalinan berbisnis bukan seperti hal tersebut. Aspek berbisnis selalu
melibatkan orang lain, yang satu sama lainnya memiliki tujuan untuk menciptakan
kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Sedangkan untung itu hanya feedback semata, karena memang sedang menjalankan bisnis. Terpenting bagaimana bisnis bisa berjalan-berkelanjutan.
Efek domino jujur ini akan menciptakan
hubungan harmonis dan kekeluargaan. Hubungan yang telah menafikan rasa ragu dan
tidak percaya. Sesama mitra bisnis saling menaruh kepercayaan, sehingga apapun
yang terjadi baik itu positif dan negatif, satu sama lainnya sudah saling mengerti.
Karena terikat oleh rasa kekeluargaan yang satu sama lainnya saling mendukung
dan memberi masukan.
Dalam kaitannya dengan konsumen. Kualitas
produk barang dan jasa yang dijual di pasar merupakan persyaratan utama dalam
menjaring konsumen, selain tentunya sifat jujur seller sendiri dalam memasarkan produk tersebut sesuai dengan
kualitasnya. Berterus terang saja bila produk tersebut tidak berkualitas. Agar nantinya
bila kejujuran dalam proses bisnis ini diterapkan, konsumen tidak kecewa dan bisa
menjadi pelanggan setia.
Sifat Jujur Nabi Muhammad Saw Dalam Bisnis
Konteks jujur dalam berbisnis pernah
disinggung dalam sejarah peradaban manusia. Sepatutnya melalui contoh Nabi Muhammad Saw mengindikasikan bahwa praktek
jujur merupakan modal non-materi
utama berbisnis. Sebagaimana dikisahkan bahwa Nabi Muhammad Saw sebelum
diangkat menjadi Rosul beliau sudah terkenal dengan julukan al-Amin (orang yang terpercaya), hingga
sifat mulia Nabi ini menghantarkan
pada sosok wanita mulia dan saudagar kaya, Siti
Khodijah. Yang saat itu memberikan kepercayaan pada Nabi untuk mengemban
misi dagang ke luar kota Makkah. Setiap transaksi bisnis yang Nabi lakukan
ternyata memberikan hasil yang sangat menguntungkan. Melihat keuntungan
bisnisnya Nabi ini membuat Siti Khodijah diliputi rasa penasaran dan takjub. Hingga
menyebabkan Siti Khodijah bertanya pada salah satu anak buahnya, yang saban
hari mendampingi Nabi ketika berbisnis. Melalui informasi anak buahnya itu,
katanya, Nabi selalu menjual produk barang dagangannya sesuai dengan modal awal
dan akan memaparkan kualitas produk dagangannya. Mendengar penuturan anak
buahnya kontan segudang pertanyaan menghinggapi pikiran Siti Khodijah. Karena dalam
logika bisnis: mana mungkin transaksi bisnis yang seharusnya mencari keuntungan
malah produk dagangan dijual sesuai dengan modal, namun tetap memberikan
keuntungan?
Itulah sosok tercinta Nabi Muhammad
Saw dalam menjalankan bisnis, kejujurannya mengoyak-ngoyak batas pemahaman rasional
bisnis. Dan saya pun awal mendengar kisah-kisah bisnis Nabi ini pun diliputi
segudang pertanyaan, mana mungkin?
Tapi, setelah melakukan diskusi dengan
berberapa teman melalui pendekatan sumber kesejarahaan dan informasi
orang-orang yang cinta pada wilayah esoterik
keilmuan islam. Pada dasarnya Nabi memiliki motode unik, yakni sifat jujur. Karena
setiap Nabi berbisnis, produk yang Nabi jual akan dijelaskan berapa modalnya
dan kualitasnya pada konsumen, sehingga membuat konsumen tahu modal dan
kualitas produk yang Nabi jual. Ternyata, ini adalah metode berbisnis ampuh
berlandaskan pendekatan hati, bukan rasio. Artinya dengan konsumen tahu modal
produk yang dijual, secara otomatis hati kecilnya akan menciptakan kesimpulan,
bahwa sosok pebisnis yang sedang dihadapinya memiliki kejujuran, yang tentunya ‘sifat
jujur yang diparktekkan Nabi’ adalah barang langka dalam berbisnis, bahkan bisa
saya katakan tidak ada. Lalu, menyebabkan hati konsumen akan berbodong-bondong
membeli produk itu, secara otomotis hati mereka akan tergerak untuk menyisihkan
keuntungan dari inisiatif hati yang paling dalam. Ikhlas membeli sebuah produk
dan ikhlas memberikan untung.
Semoga menjadi bahan perenungan…